Sabtu, November 18, 2006

Visit to School of the Future in Philadelphia [USA] 10.11.1006

Lawatan ke Masa Depan Pendidikan

Pada 9-11 November 2006 yang lalu, saya bersama Sri Rahayu Ningsih (Guru SMAN 67 Jakarta) dan Asep Zaenal Rahmat (Guru SMAN 5 Bogor) serta Ismail Syah - Academic Program Manager (APM) Microsoft Indonesia berkesempatan memenuhi undangan Gerri Elliott (Corporate Vice President, Public Sector, Microsoft Corporation) untuk mengikuti Microsoft Worldwide Innovative Teachers Forum di Philadelphia, USA. Diantara agenda forum adalah kunjungan ke School Of the Future di Kota Philadelphia. Forum ini merupakan bagian dari program Microsoft Partners in Learning (PiL) internasional yang dihadiri oleh 32 negara dari 101 negara peserta program PiL di seluruh dunia.

Bertepatan pada Hari Pahlawan 10 November 2006, selepas buffet lunch di Regency A Foyer Loews Hotel Philadelphia (USA), saya bersama sekitar 70-an guru yang diundang Microsoft Corporation berangkat dengan 2 bus menuju lokasi School Of the Future (SOF) yang berjarak tempuh sekitar 25 menit dari hotel.

SOF yang diproyeksikan menjadi model sekolah menengah (K-9 & K-12) ini telah menerima sekitar 750 siswa dari 4000-an pendaftar pada bulan September 2006 yang lalu. SOF sendiri adalah gedung sekolah baru yang megah dan (tentunya) canggih ini berlokasi di sebelah Barat Kota Philadelphia yang dikenal sebagai lokasi perumahan dan pertamanan tua yang sangat bersejarah.

Kurikulum SOF adalah kurikulum komprehensif yang sama dengan sekolah-sekolah setingkat di Negara bagian Pennsylvania. Proyek yang didanai oleh School District of Philadelphia Capital Improvement Project ini menghabiskan biaya sekitar $ 50 juta (termasuk bangunan, prasarana dan sarananya) serta mendapat kontribusi primer berupa SDM dan dukungan pengembangan kemitraan dari Microsoft (termasuk sistem dan infrastruktur berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang ‘ditabur’ dan ‘ditanam’ di gedung SOF). SOF merupakan proyek prestisius yang diharapkan dapat mendorong pengembangan sekolah sejenis di Amerika Serikat dan seluruh dunia, setidaknya dapat menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain dalam mengembangankan sekolah yang inovatif.

Untuk mempertahankan lingkungan pendidikan dan tradisi belajar masyarakat, SOF telah menetapkan prinsip-prinsip strategis:
  1. dimana pembelajaran tidak terikat pada ruang dan waktu,
  2. dimana materi pelajaran, kurikulum dan perangkat belajar mengajar senantiasa mutakhir & relevan, dan
  3. dimana pembelajaran diadaptasi sesuai keinginan individual setiap siswa.

Dengan bervisi sebagai komunitas pemberdayaan manusia dimana proses pembelajaran senantiasa berkesinambungan, relevan dan adaptif. SOF menetapkan misinya sebagai sekolah masa depan yang: (1) menerapkan hasil penelitian dan pengembangan untuk memperkaya pengalaman praktis di bidang pendidikan, (2) menciptakan sebuah lingkungan belajar yang melibatkan seluruh civitas sekolah, dan (3) mendorong civitas sekolah untuk senantiasa menjaga semangat belajar, (4) menanamkan tanggung jawab pribadi siswa untuk belajar, dan (5) menginspirasi masyarakat untuk tetap berkomitmen dan terlibat aktif di dalam kegiatan pendidikan.

Ellen Savitz, Chief Development Officer SOF dengan lugas menegaskan kepada kita semua bahwa SOF tidak perlu digumuni (ditakjubi) karena megah dan canggihnya gedung sekolah berlantai 4 tersebut. Karena hal itu memang bukanlah sesuatu yang perlu dibanggakan, karena tidak sulit bagi negara-negara federal lain di Amerika Serikat atau negara lain untuk meniru atau membangun yang lebih megah dan canggih. Ellen justru mengedepankan 5 faktor kritis dan kiat sukses untuk menjaga SOF tetap pada koridor visi dan misi edukasinya, yaitu:

  1. melibatkan dan menjalin komunitas belajar
  2. mengawal kurikulum yang sesuai dengan harapan masyarakat
  3. menjaga fleksibilitas dan kesinambungan lingkungan belajar
  4. memadukan berbagai keunggulan kurikulum untuk diteliti dan dikembangkan
  5. kepemimpinan professional

Sekolah yang dipimpin oleh Chief of Learner (tidak menggunakan istilah Principal atau Headmaster sebagaimana umumnya) ini terdiri dari 4 lantai dengan fasilitas:

  1. Performance Center di lantai bawah tanah (underground floor)
  2. Main Entrance, Streetscape, Interactive Learning Center, Gymnasium, Food Court, dan Science Lab di lantai 1 (1st floor)
  3. Art Studio, IT & Web Design Lab di lantai 2 (2nd floor)
  4. General Classrooms di lantai 3 (3rd floor)

Setiap ruang kelas dan lab pada umumnya didominasi warna hitam dan putih bersih serta kaca transparan, meja dan kursi belajar beroda sehingga posisi duduk siswa dapat diubah-ubah secara flexible dan mobile sesuai kenyamanan belajar, lampu penerangan yang cukup, perangkat sistem audio-video, 1-2 unit LCD data projector, 1-2 buah whiteboard, dan akses intranet/internet nirkabel yang lebar serta cepat di seluruh lantai dan area kampus SOF.

Setiap siswa dibekali 1 unit notebook mungil merek Gateway yang tentunya bersistem operasi Microsoft Windows XP (akan di-upgrade ke Vista), Microsoft Office, Microsoft Student/Encarta dan aplikasi lain yang mendukung proses belajar siswa di kelas dan di rumah. Siswa juga memiliki Smart Card yang berfungsi sebagai kartu presensi kelas, voucher breakfast/lunch di food court, kartu perpustakaan, kunci locker, kunci akses ke ruang-ruang kelas yang diperkenan bagi siswa secara sistem.

Guru sudah tentu membekali diri dengan notebook yang sama dengan siswa, hanya bedanya di hak akses dan manajemen datanya yang tersentral di server SOF. Pada saat mengajar, guru menggunakan clip-on microphone agar instruksinya jelas dan merata terdengar siswa di kelas/lab.

Untuk mendukung kinerja 800-an notebook civitas SOF, disediakan 1 Tim Helpdesk yang siap membantu siswa dan guru jika mengalami masalah dengan notebook masing-masing.
Sesuai konvensi tata bangunan di Pennsylvania, setiap ruang/lab di SOF juga ditandai dengan papan nama seukuran 10cm x 15cm yang bertuliskan nama ruang/lab dengan huruf Alphabet dan huruf Braille. Ini menandakan kepedulian masyarakat Amerika Serikat pada hak-hak belajar bagi penyandang tuna netra sangat tinggi. Demikian pula ketersediaan jalan dan elevator akses bagi siswa penyandang cacat tubuh (berkursi roda) di kampus SOF.

Saya sempat terkagum dengan kelas yang menurut kita mungkin “tawar” untuk ukuran standard kelas kita di Indonesia atau di mana pun, karena tidak “diformalkan” dengan gambar lambang negara, presiden dan wakil presiden, apalagi gambar-gambar poster dan tempelan portofolio siswa yang menghiasi dinding kelas kita. Filosofi SOF memang sederhana tetapi elegan, menurut mereka jika di dalam notebook sudah tersedia sumber sekaligus media belajar yang mutakhir, menarik dan menyenangkan siswa serta dapat menyimpan semua hasil (portofolio) siswa dalam format digital, mengapa hardcopy-nya perlu ditempelkan dan ditampilkan sebagai “pemanis” dinding kelas/lab?

Satu lagi yang menarik, mereka memiliki 1 unit Life Skill Lab yang isinya semua peralatan rumah tangga berupa peralatan dapur, kulkas, mesin cuci piring/gelas, mesin cuci pakaian, meja setrika, model kamar mandi, WC, dan perangkat rumah tangga lainnya. Saya jadi teringat pelajaran PKK di SD dulu, sehingga waktu mondok di indekost-an atau di dormitory (di luar negeri) dulu tidak mengalami kesulitan berarti, karena semua pekerjaan rumah tangga dapat saya lakukan. Disinilah mungkin persepsi life skill kita berbeda dengan SOF.

Memiliki notebook tidak berarti mengabaikan buku, karenanya SOF menyediakan ratusan buku-buku berkualitas di Interactive Learning Center untuk dibaca di center atau dipinjam untuk dibaca di rumah. Bahkan tradisi membaca ini boleh membuat kita iri, karena selain notebook, mereka juga membawa beberapa buku di dalam backpack (tas ransel) untuk dibaca saat di perjalanan bus atau trem serta saat usai makan siang di taman-taman kota. Artinya masih ada ‘homework’ bagi siswa SOF di rumah, karena rumah juga sekolah (extra school) bagi mereka.

Inilah e-school yang diproyeksikan sebagai model Sekolah Abad 21 di Amerika Serikat, dimana ‘e-learning’ telah mencapai dimensi ‘m-learning’ (mobile learning) yang sesungguhnya. Dan tidak mustahil pula fleksibilitas tanpa batas-nya ‘u-learning’ (ubiquitous learning) beberapa bulan mendatang akan menjadi platform belajar baru yang akan menggantikan m-learning.

“Keep on dreaming, and forcing us to dream too.” – demikian tantangan Bill Gates (Chief of Architects, Microsoft Corporation) dalam membuka SOF Philadelphia.

SOF boleh jadi merupakan mimpi kita di Indonesia, tetapi suatu keniscayaan untuk kita wujudkan bersama. Bukankah bersama kita bisa?



Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

[ditulis di atas Lautan Atlantik dalam penerbangan China Airlines C-0006 Los Angeles - Taipei]

2 komentar:

DEDI DWITAGAMA mengatakan...

keep dreaming and fight ... can I comming together?

Unknown mengatakan...

amazing pak, someday kita bahas sama sama, thanks

didi diarsa

0818 25 26 14
madania.net