Kamis, Mei 15, 2008

Keynote Mendiknas @ Intel Education Event | Jakarta 2008


KEYNOTE
Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA.
Menteri Pendidikan Nasional

di


Intel Education Event | Semiloka
Teknologi Maju untuk e-Pembelajaran
dalam Rangka
100 Tahun Kebangkitan Nasional
Balai Kartini - Jakarta, 15 Mei 2008


Yth Bpk Menko Kesra
Yth Bpk Menkominfo
Yth Dr. Craig R Barret, Chairman of Intel Corporation
Yth Para Kepala Sekolah, Para Guru
Yth Para Provider, Peserta Semiloka dan hadirin yang saya hormati

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Salam sejahtera bagi kita semua


Education for all” (Pendidikan untuk Semua), “life long learning” (Pembelajaran Sepanjang Hayat) dan “education for sustainable development” (Pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan) adalah semboyan dan paradigma pendidikan masa kini. Paradigma ini tidak lain adalah konsep pembangunan masyarakat berbasis pengetahuan (learning society) atau pembangunan ekonomi berbasis sumber daya manusia yang kreatif (creative economy).


Dengan paradigma ini, semua Negara di dunia mempunyai 2 sasaran utama yaitu:

(1) to provide adequate and equitable access to education for all citizens, and

(2) to improve quality, competitiveness, and relevance of education

Untuk Indonesia, sebagai amanat Reformasi 1998, ditambah 1 sasaran lagi yaitu:

(3) to improve governance in education.

Dan 3 sasaran tadi harus dicapai dalam jangka menengah.


Mempertimbangkan bahwa:

- Indonesia adalah Negara terbesar dengan populasi lebih dari 230 juta yang merupakan negara keempat terbesar di dunia, setelah China, India, Amerika Serikat,

- Indonesia mempunyai lebih dari 55 juta siswa, 2,7 juta guru, 293 sekolah, dan

- Indonesia adalah negara archipelago yang terbesar di dunia yang terdiri dari 17,508 pulau, dimana sebagian besar adalah daratan vulkanik, serta

- Indonesia dengan diversifikasi kultur yang mempunyai lebih dari 700 dialek local.

Maka kita bersyukur dengan kemajuan teknologi khususnya adalah TIK.


Diyakini bahwa TIK mampu mempercepat (1) akses, (2) kualitas, daya saing dan relevansi pendidikan, serta (3) tata kelola pendidikan yang jauh lebih baik. Juga sejalan dengan kesepakatan World Summit on the Information Society (WSIS), yang diprakarsai oleh International Telecommunication Union (ITU) - sebuah organisasi di bawah PBB - yang memberikan target pada semua negara di tahun 2015, untuk mencapai target berikut ini:

- Terhubungnya 50% dari jumlah SD, SMP, SMA/SMK, Akademi, dan Perguruan Tinggi melalui TIK,

- Terhubungnya 50% pusat-pusat studi dan penelitian yang tersebar di seluruh wilayah tanah air dengan TIK,

- Digunakannya kurikulum pendidikan yang dapat memenuhi tantangan masyarakat informasi dalam konteks nasionalnya masing-masing, dan

- Tercapainya tingkat e-literacy masyarakat sekuran-kurangnya 50%.

Maka untuk memenuhi 3 sasaran diatas serta mewujudkan target e-Pembelajaran 2015 tersebut setidaknya ada 7 (tujuh) fase yang akan kita lampaui bersama. Ketujuh Fase tersebut adalah: (1) Penggelaran Jaringan, (2) Penyediaan Sumber Daya Komputasi, (3) Penyediaan Sumber Daya Manusia, (4) Pemantapan Tata Kelola, (5) Mobilisasi Konten, (6) Kolaborasi Konten, dan (7) Personalisasi.


Hadirin dan peserta semiloka yang saya hormati

Fase Penggelaran Jaringan e-Pembelajaran dimulai sejak tahun 2005, dengan menetapkan TIK secara masal. Kemudian pada tahun 2006 ditetapkanlah Jardiknas yang memanfaatkan jaringan komunikasi terluas yang tergelar di Indonesia. Jardiknas menggelar jaringan dengan menggunakan media serat optik, kabel tembaga, radio (frekuensi berlisensi), dan Broadband.

Hingga akhir tahun 2007 telah tersambung: 865 node Zona Kantor Dinas Pendidikan (OfficeNet); lebih dari 10.000 node di Zona Sekolah (SchoolNet); 319 zona PT (INHERENT) yang terdiri dari 83 node PTN, 200 node PTS dan 36 node Unit Pendidikan Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka (UPBJJ) yang secara keseluruhan melayani lebih kurang 60% populasi mahasiswa.

Pada tahun 2009 nanti diharapkan Jardiknas dapat meluaskan gelaran jaringannya hingga 1.489 (55%) node di Zona Perguruan Tinggi, 27.297 (9,3%) node di Zona Sekolah, dan 10.000 (0,3%) node di Zona Personal (StudentNet, TeacherNet dan LectureNet).

Jardiknas dapat dimanfaatkan untuk transaksi dan transformasi ilmu pengetahuan melalui Bimbingan Belajar Online, Bank Soal Online, Uji Kompetensi Online, Sekolah Cerdas (Smart School), Digital Library, Research Network, dan layanan Video Conference dalam sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).


Hadirin dan peserta semiloka yang saya hormati

Fase Penyediaan Sumber Daya Komputasi e-Pembelajaran dimulai hampir bersamaan dengan masuknya TIK ke dalam kurikulum semua jenjang pendidikan dasar dan menengah serta gelaran Jardiknas.

Mengingat Laboratorium Komputer berikut perangkatnya sama pentingnya dengan Laboratorium IPA dan Laboratorium Bahasa, maka sebagian sekolah dan perguruan tinggi telah mengupayakan menyediakan fasilitas komputer dan laboratorium-nya secara mandiri. Namun karena harga hardware dan peripheral komputer masih relatif mahal, maka hingga saat ini masih terdapat sejumlah sekolah yang (1) belum memiliki perangkat komputer, (2) memiliki komputer namun spesifikasi teknisnya tidak memenuhi tuntutan kurikulum, atau (3) memiliki komputer namun rasio komputer terhadap siswa belum mencapai 1 komputer : 1 siswa.

Saat ini dari 9.897 SMA, telah mempunyai 4.413 Lab Komputer (44,6%), dari 6.800 sekolah SMK, telah terpasang 4.760 Lab Komputer (70%), dan dari SMP 24.686 SMP telah terpasang 7.643 Lab Komputer (31%).

Dengan perkiraan rata-rata jumlah komputer desktop/laptop 40 unit di zona kantor, 300 unit di zona perguruan tinggi, 40 unit di zona sekolah, dan 1 unit di zona personal, maka diperkirakan pada tahun 2009 mendatang jumlah komputer yang akan terhubung di Jardiknas akan mencapai lebih dari 1,57 juta unit.

Di awal tahun 2008 ini ada kabar cukup menggembirakan tentang turunnya harga komputer desktop/laptop (dengan fasilitas nirkabel) dikisaran US$ 200-300 dan terjangkaunya sewa bandwidth internet untuk personal dikisaran US$ 10-40 per-bulan, hal ini tentunya akan meningkatkan angka kepemilikan komputer dan pengguna internet di Indonesia. Ini momentum yang baik bagi setiap sekolah untuk melengkapi fasilitas belajarnya dengan minimal 1 Laboratorium Komputer Bergerak (Mobile Computer Lab) yang terdiri atas 1 unit Laptop Guru (Server) dan 20 unit Laptop Siswa (Client).

Komputer laptop kita rekomendasikan karena lebih hemat konsumsi listriknya, lebih ringan bobotnya, lebih ringkas, dan lebih mudah dipindah-tempatkan dibandingkan komputer desktop. Dengan Mobile Computer Lab ini tidak diperlukan lagi adanya ruang khusus untuk belajar komputer karena 21 unit laptop ini dapat dipindahkan dari satu ruang kelas ke ruang kelas lainnya.

Selain hardware, karena masih mahalnya harga software sistem operasi dan program aplikasi komputer, maka masih ditemukan adanya sekolah maupun perguruan tinggi yang masih menggunakan sistem operasi dan program aplikasi komputer yang belum berlisensi atau ilegal. Upaya Depdiknas untuk memberi alternatif software sistem operasi dan program aplikasi dari Proprietary ke Open Source belum membuahkan hasil yang signifikan, satu dan lain hal karena faktor kebiasaan pengguna komputer di sekolah atau perguruan tinggi.

Meskipun demikian, melalui Kurikulum TIK SMA dan SMK telah kita kenalkan kedua sistem operasi dan program aplikasi Proprietary dan Open Source untuk dipelajari dan dimanfaatkan di dalam kerja sehari-hari. Depdiknas tidak akan mempersoalkan kedua sistem operasi berikut program aplikasinya, karena saat ini justru interoperabilitas dan kompabilitas kedua sistem itulah yang perlu kita pelajari dan kuasai.

Disisi lain Depdiknas terus melakukan upaya negosiasi kepada vendor-vendor proprietarysoftware agar harga semua software komputer yang dimanfaatkan di sekolah-sekolah dan perguruan-perguruan tinggi dapat ditekan semurah mungkin agar terjangkau atau jika memungkinkan dibebaskan dengan komitmen bahwa software tersebut hanya akan dipergunakan untuk kepentingan pendidikan, bukan untuk kepentingan komersial.


Hadirin dan peserta semiloka yang saya hormati

Fase Penyiapan SDM e-Pembelajaran dimulai pada tahun 2006 melalui Pelatihan Teknisi bagi Teknisi di semua node Jardiknas yang tersebar di 33 provinsi. Pelatihan yang diselenggarakan setelah seluruh node Jardiknas terhubung ini dimaksudkan untuk menyiapkan Teknisi yang dapat menjamin koneksitas node-node Jardiknas di daerah dengan Depdiknas Pusat di Jakarta.

Kemudian pada tahun 2007 diselenggarakan Pelatihan Jardiknas untuk Kepala Sekolah, Guru, Tata Usaha, dan Pustakawan yang diikuti oleh 38.000 partisipan. Pelatihan yang diselenggarakan untuk meningkatkan pemanfaatan Jardiknas dikalangan pendidik dan tenaga kependidikan ini telah berlangsung di 216 kabupaten/kota yang tersebar di 33 provinsi.

Pada tahun 2008 ini Depdiknas kembali akan menyelenggarakan Pelatihan Pemanfaatan TIK bagi 4.570 guru dengan menggunakan kurikulum Intel Teach dan Pustekkom. Dengan pola multilevel training, diharapkan pada tahun ini kita akan memiliki 66 Senior Trainer, 4.570 Master Trainer, dan 45.700 Participant Teacher di 33 provinsi.

Selain Pelatihan Pemanfaatan TIK, Depdiknas juga akan menyelenggarakan Pelatihan Teknisi TIK yang akan diikuti oleh Teknisi Jardiknas dari 33 provinsi. Ke-33 Trainer tersebut nantinya akan melatih teknisi-teknisi node Jardiknas yang ada provinsi masing-masing.

Oleh karena itu diperlukan peningkatan kwalitas dan kompetensi SDM TIK Depdiknas untuk mengawal, mengamankan dan memanfaatkan intranet terbesar di Indonesia ini melalui pelatihan-pelatihan berjenjang dan berkelanjutan serta berstandar internasional.


Hadirin dan peserta semiloka yang saya hormati

Fase Pemantapan Tata Kelola e-Pembelajaran merupakan implementasi pilar penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan. Untuk memperkuat tata kelola TIK Depdiknas dan layanan Jardiknas, maka sejumlah program pengembangan dan pendayagunaan TIK untuk pembelajaran pendidikan dasar sedang dilaksanakanan pada tahun 2008 yang meliputi paket kegiatan: (1) Penyusunan Master Plan TIK berupa: penyusunan peraturan menteri tentang pengelolaan e-Pendidikan, penyusunan rencana aksi dan investasi TIK Depdiknas. (2) Pembuatan Standar Interoperabilitas Data dan Informasi Pemerintahan (Government Interoperability Framework/GIF) meliputi: studi interkoneksi dan penyediaan konten pembelajaran, pengembangan aplikasi e-Book, dan aplikasi e-Bursa. (3) Penyusunan Standarisasi Layanan Publik bagi Instansi/Lembaga berupa: pengembangan panduan IT Governance dan manajemen TIK untuk peningkatan layanan Jardiknas. Dan (4) Pengembangan Sistem Kontrol dan Layanan Jardiknas, berupa: pengadaan dan instalasi Data Center, Network Operating Center (NOC), Master Control Unit (MCU) Video Conference, penambahan perangkat Video Conference, dan peningkatan sistem keamanan jaringan.

Dengan penguatan Tata Kelola TIK Depdiknas ini diharapkan birokrasi, koordinasi dan konsolidasi kinerja antara Depdiknas Pusat, 33 Dinas Pendidikan Provinsi, dan 456 Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota serta 216 satuan kerja Depdiknas di daerah akan semakin efektif melalui jalinan SIM terpadu dan semakin efisien melalui penghematan waktu serta biaya perjalanan dinas yang anggarannya sangat signifikan.

Untuk melayani koneksi 39.715 node dan 1,43 juta pengguna, maka di setiap Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota nantinya akan dibentuk Tim Jardiknas yang minimal terdiri atas 4 petugas: 1 orang Penanggung Jawab (Person in Charge), 1 orang Koordinator, 1 orang Teknisi, dan 1 Helpdesk.


Hadirin dan peserta semiloka yang saya hormati

Fase Mobilisasi Konten merupakan ‘gerakan’ penting setelah infrastruktur tergelar di seluruh penjuru tanah air. Dengan kapasitas (bandwidth) Jardiknas mencapai 3,9 Gbps (Giga bit per second) dan kapasitas penyimpanan Data Center mencapai 15 TB (Terra Byte) pada tahun 2009, maka nantinya Jardiknas akan dapat menampung konten hingga mencapai 2.000.000 modul berformat teks dan grafis berukuran rata-rata 5-50 MB per-modul. Jika modulnya berformat video dengan durasi 30 menit dan rata-rata berukuran 200 MB per-modul, maka Jardiknas akan dapat menampung sekitar 50.000 modul.

Dalam satu dekade ini, kita mencatat sejumlah fenomena berbasis internet yang secara tidak langsung dapat diarahkan menjadi aktifitas e-Pembelajaran, sejumlah aktifitas tersebut antara lain:

1 keingintahuan kita yang sangat tinggi untuk segera menemukan informasi atas setiap peristiwa, jawaban atas setiap pertanyaan dan solusi atas setiap permasalahan yang kita hadapi sehari-hari melalui mesin pencari – seperti Google. Hal ini menunjukkan betapa besar semangat kita untuk terus belajar dan memutakhirkan diri;

2. kepemilikan e-mail pribadi – di Yahoo! dan Hotmail – yang mengisyaratkan kesiapan kita menjadi warga dunia global yang siap berkomunikasi dan berinteraksi tanpa sekatan batas-batas negara, keunikan budaya dan perbedaan waktu;

3. kesertaan kita di dalam aktifitas urun rembug di forum-forum dan mailing-list – seperti Yahoogroups dan Googlegroups – yang menunjukkan kepedulian dan kesediaan kita untuk berbagi informasi dan solusi atas isu-isu di berbagai bidang dengan penuh kearifan dan etika internet, termasuk isu-isu dinamika pendidikan lokal, regional, nasional, dan internasional;

4. kesediaan kita bertegur-sapa dan berinteraksi langsung melalui media chatting – seperti Yahoo! Messenger dan MSN Messenger – yang dapat dijadikan media ampuh untuk mencairkan kebekuan dan melenturkan kekakuan komunikasi yang kerap terjadi diantara guru dan siswa atau diantara mahasiswa dan dosen. Terlebih lagi dengan tersedianya fitur webcam yang memungkinkan kita dapat memandang langsung lawan diskusi kita dan pada akhirnya juga akan mengurangi bias-bias komunikasi melalui bahasa tubuh;

5. ketekunan kita mengumpulkan sahabat baru yang sebakat, seminat, atau sehobby dari seluruh penjuru negeri dan dunia melalui jalinan persahabatan global jaringan sosial – seperti MySpace, Face Book dan Friendster – hendaknya dapat dikembangkan pula menjadi jalinan teman belajar atau teman kuliah maya yang potensial;

6. keterlibatan kita secara sukarela, proaktif dan kreatif untuk menyunting, mengklarifikasi, memutakhirkan dan memperkaya konten ensiklopedia kolaboratif online – seperti Wikipedia – merupakan tindakan mulia dalam upaya mengedukasi sesama terus-menerus demi meningkatkan wawasan dan pengetahuan tanpa memandang suku, bangsa, ras, dan agama;

7. keasyikan kita bermain secara online, interaktif dan real-time bersama ribuan hingga jutaan pemain dari berbagai belahan negeri dan dunia dapat dimanfaatkan oleh siswa atau mahasiswa kita untuk melatih kecakapan komunikasi dalam bahasa internasional dan sekaligus kecerdasan berpikir kritis dan strategis. Namun keasyikan ini diharapkan terkendali dan tidak membuat siswa atau mahasiswa kita lalai terhadap tugas utamanya sebagai seorang pelajar;

8. keselektifan kita mengakses tayangan video online – seperti YouTube – dapat dimanfaatkan untuk menyajikan bahan-bahan pembelajaran berbasis audio-visual yang atraktif dan menyenangkan; dan

9. kemudahan kita membuat web log (blogger) pribadi – seperti Wordpress dan Blogspot – tentunya dapat dimanfaatkan seluas-luasnya oleh Guru dan Dosen untuk menyajikan bahan pembelajaran berbasis web dengan dukungan teks, grafis, animasi, audio, dan video (multimedia) yang detail, indah dan menyenangkan, baik untuk siswa/mahasiswa yang dididiknya maupun siswa/mahasiswa lain dari seluruh penjuru negeri dan dunia.

Melihat tingginya minat masyarakat Indonesia terhadap aplikasi-aplikasi fenomenal tersebut, maka sudah waktunya kita membangun, mengembangkan, mengadopsi, atau mengadaptasi aplikasi-aplikasi sejenis yang lebih handal seraya menguji kemandirian bangsa di bidang e-Pembelajaran, Untuk itu sejumlah upaya strategis perlu segera kita susun melalui inovasi desain aplikasi internet berkarakteristik Indonesia. Melalui gerakan ini diharapkan Jardiknas benar-benar dapat menjadi pusat sumber belajar terbesar di Indonesia.


Hadirin dan peserta semiloka yang saya hormati

Fase Kolaborasi Konten merupakan konsekwensi logis manakala Jardiknas benar-benar telah menjadi pusat sumber belajar terbesar di Indonesia. Sejumlah operator konten multimedia dan operator seluler diperkirakan akan berminat untuk berkolaborasi. Pada tahap awal ini Depdiknas sedang merintis kolaborasi konten dengan Curriki dan Skoool.

Curriki adalah portal konten kurikulum wikipedia yang memungkinkan guru-guru berpartisipasi aktif menyunting, memperkaya, mengunggah, dan mengunduh kurikulum bertaraf internasional yang diakui secara internasional. Curriki dapat menjadi salah satu kurikulum rujukan bagi sekolah-sekolah bertaraf internasional (SBI). Curriki yang disponsori oleh Sun Microsystem ini masih tersedia dalam versi English.

Sedangkan Skoool adalah portal yang kaya materi pembelajaran berbasis multimedia interaktif yang sudah banyak diadopsi di beberapa negara. Dengan Skoool diharapkan belajar menjadi lebih menyenangkan, baik bagi siswa maupun guru. Skoool yang disponsori oleh Intel Corporation ini juga dapat menjadi sumber belajar alternatif berbasis internet. Sama halnya Curriki, Skoool juga akan ditempatkan di Data Center Jardiknas agar semua guru dan siswa dapat mengaksesnya secara intranet.

Mengingat kapasitas Data Center yang cukup besar, kita berharap Jardiknas nantinya juga dapat berkolaborasi dengan raksasa konten seperti Google, Wikipedia, dan sebagainya.

Fase Personalisasi merupakan ikatan virtual antara Jardiknas dengan jutaan pengguna di Zona Personal yang secara mandiri berinisiatif untuk mengkoneksikan diri ke intranet Jardiknas. Di fase inilah peranan komunitas sebagai pengguna atau kontributor menjadi bagian tak terpisahkan dari Jardiknas. Melalui layanan e-mail, mailing-list, dan web blogger cuma-cuma bagi siswa, mahasiswa, guru, dan dosen, diharapkan jalan raya Jardiknas akan dipadati oleh konten-konten e-Pembelajaran yang bermutu dan berstandar nasional maupun internasional.


Hadirin dan peserta semiloka yang saya hormati

Pada tahun 2007 Depdiknas telah mengalokasikan anggaran Rp 892,4 Milyar (US$ 94 juta) atau 2,03% dari Anggaran Pendidikan Nasional untuk Pemanfaatan TIK, dan pada tahun 2008 Depdiknas telah meningkatkan anggaran Pemanfaatan TIK-nya hingga Rp. 1,08 Trilyun (US$ 114,6 juta).

Tawaran Chairman Microsoft Corporation, Bill Gates - pada event Microsoft Government Leader Forum Asia Pacific 2008 pekan lalu - yang akan menyediakan sistem operasi dan program aplikasi untuk sejuta unit komputer di sekolah-sekolah kita sambut baik. Dan sejumlah langkah strategis telah kita lakukan untuk memutakhirkan data komputer dan laboratoriumnya di sekolah agar bantuan ini tepat sasaran dan merata.

Melalui e-Pembelajaran kita berharap 2 literasi yang membuat pendidik terkendala – yaitu ICT Literacy dan English Literacy – dalam meningkatkan profesionalisme dan kompetensinya dapat diatasi dan menjadi bagian dari Master Plan TIK Depdiknas, Kedua literasi ini menjadi penting karena merupakan bekal generasi dan bangsa Indonesia untuk memenangkan kompetisi global di Abad 21.

Dan di dalam suasana menyambut 1 Abad Kebangkitan Nasional kita, Jardiknas dengan e-Pembelajarannya diharapkan mampu mengemban amanat negara untuk senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan bangsa melalui upaya pencerdasan yang tak kenal lelah dan tak lekang oleh masa.

Sekian dan terima kasih atas perhatian Anda.


Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Keynote Mendiknas @ Microsoft Government Leader Forum (GLF) Asia Pacific | Jakarta 2008


KEYNOTE
Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA.
Menteri Pendidikan Nasional

di

Microsoft Government Leader Forum (GLF)
Asia Pacific 2008

Hotel Shangri-La Jakarta, 8 Mei 2008


Para hadirin peserta Microsoft Government Leader Forum Asia Pacific 2008 yang saya hormati
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Salam sejahtera bagi kita semua


Sesuai amanat Amandemen Ke-4 UUD’45 Bab XIII tentang Pendidikan dan Kebudayaan, Pasal 31 ayat (1) bahwa “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”, dan dipertegas pada ayat (2) bahwa “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Maka pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia berkewajiban untuk memberikan kesempatan sebesar-besarnya dan seluas-luasnya kepada warga negara untuk memperoleh pendidikan.

Pendidikan adalah masalah kesempatan, karena pada hakekatnya semua manusia mempunyai potensi yang sama tanpa terbedakan oleh satus sosial, ekonomi maupun budaya. Apabila mereka mendapatkan kesempatan, maka sebagian atau bahkan seluruh potensi yang ada akan dapat diberdayakan.

Namun mengingat luasnya peta geopolitik Indonesia yang terdiri atas 33 provinsi, 456 kabupaten/kota, 5.260 kecamatan, dan 62.800 desa yang tersebar di 17.508 pulau diantara laut dan selat yang melingkupi 2/3 dari seluruh wilayahnya. Di mana dari 247 juta penduduknya terdapat 51 juta siswa, 2,7 juta guru, 293 ribu sekolah, 4,4 juta mahasiswa, 300 ribu dosen dan 2.700 perguruan tinggi. Maka diperlukan sebuah rencana strategis pendidikan nasional yang melibatkan seluruh jajaran pendidikan nasional, baik di tingkat pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota hingga kecamatan.

Untuk menjawab berbagai tantangan dan kendala yang dihadapi tersebut, melalui Rencana Strategis Pendidikan Nasional tahun 2005-2009, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia telah menetapkan tiga pilar kebijakan, yaitu: (1) perluasan dan pemerataan akses pendidikan, (2) peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan, dan (3) penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan.

Sementara itu saat ini kita berada di abad 21 yang merupakan abad globalisasi, abad di mana terjadi konvergensi antara komputer PC, serat optik dan work flow software sehingga memungkinkan setiap individu menjadi penulis materi mereka sendiri, mengakses banyak materi dari berbagai belahan dunia, dan secara bersama-sama mengerjakan suatu materi, tanpa menghiraukan jarak antar mereka. Semuanya dalam bentuk digital.

Persaingan sudah tidak lagi dalam tingkat negara ataupun perusahaan, tetapi sudah pada tingkat individu. Mereka pun mampu secara individual selain bersaing dengan individu lain di planet ini, tetapi juga bekerja sama antar mereka.

Saudara-saudara, peserta forum dan hadirin yang saya hormati

Salah satu upaya yang diyakini Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia akan mampu memberikan dukungan pada upaya pemecahan masalah pendidikan (akses dan mutu), dan dalam rangka menyiapkan SDM yang memiliki kompetensi untuk bersaing secara global pada abad 21, ialah dengan mendayagunakan semaksimal mungkin teknologi Informasi dan komunikasi (TIK) untuk pendidikan. Dengan kemampuannya menembus batas waktu dan ruang, maka pemanfaatan TIK diharapkan dapat mengatasi 2 sasaran sekaligus:

1. Pemanfaatan TIK akan mampu memberikan kesempatan akses pendidikan yang bermutu kepada seluruh rakyat Indonesia.

2. Pemanfaatan TIK akan membekali setiap individu SDM Indonesia dengan 5 hal yaitu technology and media literacy, effective communication, critical thinking, problem solving, dan collaboration, sebagai modal agar SDM Indonesia mempunyai kemampuan untuk berkompetisi dan berkolaborasi secara global.

Hal itu juga sejalan dengan kesepakatan World Summit on the Information Society (WSIS), yang diprakarsai oleh International Telecommunication Union (ITU), sebuah organisasi di bawah PBB; yang memberikan target pada semua negara di tahun 2015, untuk mencapai berikut ini:

- Terhubungnya paling tidak separuh dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah umum, akademi, dan PT melalui TIK.

- Terhubungnya paling tidak separuh pusat-pusat studi dan penelitian yang tersebar di seluruh wilayah tanah air dengan TIK.

- Digunakannya kurikulum pendidikan yang dapat memenuhi tantangan masyarakat informasi dalam konteks nasionalnya masing-masing.

- Tercapainya tingkat e-literacy masyarakat paling tidak 50%.


Saudara-saudara, peserta forum dan hadirin yang saya hormati

Untuk mendayagunakan semaksimal mungkin teknologi Informasi dan komunikasi (TIK) untuk pendidikan, maka Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia melakukan 3 hal, yakni memanfaatkan jaringan untuk akses, mengembangkan konten dan melakukan pengkayaan pembelajaran untuk mutu (e-pembelajaran), dan membangun serta mengembangkan konten administrasi untuk good governance (e-administrasi).

Untuk memberikan akses pendidikan yang seluas-luasnya tersebut, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia semaksimal mungkin memanfaatkan jaringan komunikasi yang telah tergelar di Indonesia. Pemanfaatan jaringan yang sudah ada sejak tahun 2006 untuk kepentingan pendidikan tersebut diberi nama Jardiknas (Jaringan Pendidikan Nasional). Jardiknas menggelar jaringan dengan menggunakan media serat optik, kabel tembaga, radio (frekuensi berlisensi), VSAT-IP/Broadband, dan VSAT/SCPC.

Hingga akhir tahun 2007 telah tersambung dengan Jardiknas, meliputi zona kantor pendidikan (OfficeNet) 865 nodes; zona sekolah (SchoolNet) lebih dari 10.000 nodes; zona perguruan tinggi (Inherent) terdiri dari 83 PTN, 200 PTS dan 36 unit pendidikan belajar jarak jauh Universitas Terbuka yang secara keseluruhan melayani lebih kurang 60% populasi mahasiswa. Diantara 7 Flagship Dewan TIK Nasional (DeTIKNas), saat ini Jardiknas merupakan jaringan TIK terbesar.

Pada tahun 2009 nanti diharapkan Jardiknas dapat meluaskan jangkauannya hingga 644 nodes di zona kantor, 1.489 nodes di zona perguruan tinggi, 27.297 nodes di zona sekolah (hampir seluruh SMA = 9.897 sekolah dengan 4.413 Lab Komputer (44,6%), seluruh SMK = 6.800 sekolah dengan 4.760 Lab Komputer (70%), dan 47% dari seluruh SMP Negeri + Swasta = 24.686 dengan 7.643 Lab Komputer (31%)), dan 10.000 nodes di zona personal (StudentNet, TeacherNet dan LectureNet).

Dengan perkiraan rata-rata jumlah komputer desktop/laptop 40 unit di zona kantor, 200 unit di zona perguruan tinggi, 40 unit di zona sekolah, dan 1 unit di zona personal, maka diperkirakan pada tahun 2009 mendatang jumlah komputer yang akan terhubung di Jardiknas akan mencapai 1,43 juta unit.

Dengan kapasitas (bandwidth) Jardiknas mencapai 3,9 Gbps (Giga bit per second) dan kapasitas penyimpanan Data Center mencapai 15 TB (Terra Byte) pada tahun 2009, maka nantinya Jardiknas akan dapat menampung konten hingga mencapai 2.000.000 modul, hal ini jika modulnya berformat teks dan grafis berukuran rata-rata 5-50 MB per-modul. Jika modulnya berformat video dengan durasi 30 menit dan rata-rata berukuran 200 MB per-modul, maka Jardiknas akan dapat menampung sekitar 50.000 modul.

Untuk melayani koneksi 39.715 node dan 1,43 juta pengguna, maka diperlukan sebuah manajemen yang baik. Oleh karena itu, selain manajemen Jardiknas Pusat, maka di setiap Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota nantinya akan dibentuk Tim Jardiknas yang minimal terdiri atas 4 petugas: 1 orang Penanggung Jawab (Person in Charge), 1 orang Koordinator, 1 orang Teknisi, dan 1 Helpdesk.

Oleh karena itu diperlukan peningkatan kwalitas dan kompetensi SDM TIK Depdiknas untuk mengawal, mengamankan dan memanfaatkan intranet terbesar di Indonesia ini melalui pelatihan-pelatihan berjenjang dan berkelanjutan serta berstandar internasional.


Saudara-saudara, peserta forum dan hadirin yang saya hormati

Jardiknas sebagai medium konten e-Administrasi telah dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk komunikasi antar zona dan pelaporan-pelaporan kinerja yang transparan, akuntabel dan real-time yang akan merupakan integrasi dari 14 aplikasi Sistem Informasi Manajemen, yaitu SIM: (1) Keuangan, (2) Perencanaan, (3) Kepegawaian, (4) Barang Milik Negara, (5) Rehabilitasi Sekolah, (6) Pengendalian Internal, (7) Data Induk Sekolah, Guru dan Siswa, (8) Sekretariat Jenderal, (9) Inspektorat Jenderal, (10) Badan Penelitian & Pengembangan, (11) Pendidikan Tinggi, (12) Peningkatan Mutu Pendidik & Tenaga Kependidikan, dan (14) Pendidikan Non Formal dan Informal. Integrasi SIM Depdiknas ini diharapkan dapat memperkuat Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System) Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Selain itu Jardiknas juga dimanfaatkan untuk menginformasikan berbagai kebijakan Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia tentang Ujian Nasional (UN), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Badan Hukum Pendidikan (BHP), Sertifikasi Guru, dan sebagainya.

Kemudian Jardiknas sebagai medium konten e-Pembelajaran juga telah dimanfaatkan untuk transaksi dan transformasi ilmu pengetahuan melalui Bimbingan Belajar Online, Bank Soal Online, Uji Kompetensi Online, Sekolah Cerdas (Smart School), Digital Library, Research Network, dan layanan Video Conference dalam sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Sebagai upaya untuk mendapatkan konten untuk pengkayaan, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia akan menjalin kerjasama dengan Curriki dan Skool Intel. Konten tersebut akan disediakan di Jardiknas sehingga pengguna akan dengan mudah mengaksesnya.


Saudara-saudara, peserta forum dan hadirin yang saya hormati

Untuk memperkuat tata kelola TIK Depdiknas dan layanan Jardiknas, maka sejumlah program pengembangan dan pendayagunaan TIK untuk pembelajaran pendidikan dasar sedang dilaksanakanan pada tahun 2008 yang meliputi paket kegiatan: (1) Penyusunan Master Plan TIK berupa: penyusunan peraturan menteri tentang pengelolaan e-Pendidikan, penyusunan rencana aksi dan investasi TIK Depdiknas. (2) Pembuatan Standar Interoperabilitas Data dan Informasi Pemerintahan (Government Interoperability Framework/GIF) meliputi: studi interkoneksi dan penyediaan konten pembelajaran, pengembangan aplikasi e-Book, dan aplikasi e-Bursa. (3) Penyusunan Standarisasi Layanan Publik bagi Instansi/Lembaga berupa: pengembangan panduan IT Governance dan manajemen TIK untuk peningkatan layanan Jardiknas. Dan (4) Pengembangan Sistem Kontrol dan Layanan Jardiknas, berupa: pengadaan dan instalasi Data Center, Network Operating Center (NOC), Master Control Unit (MCU) Video Conference, penambahan perangkat Video Conference, dan peningkatan sistem keamanan jaringan.

Dengan penguatan Tata Kelola TIK Depdiknas ini diharapkan birokrasi, koordinasi dan konsolidasi kinerja antara Depdiknas Pusat, 33 Dinas Pendidikan Provinsi, dan 456 Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota serta 216 satuan kerja Depdiknas di daerah akan semakin efektif melalui jalinan SIM terpadu dan semakin efisien melalui penghematan waktu serta biaya perjalanan dinas yang anggarannya sangat signifikan.

Sebagai bagian dari interoperabilitas konten, melalui Jardiknas juga sedang dikembangkan e-Book. E-Book merupakan bentuk reformasi dalam bidang perbukuan. Depdiknas melakukan pembelian hak cipta buku dari penulis atau penerbit, kemudian di-upload dan disebarkan secara digital melalui Jardiknas. Buku digital tersebut selain dapat diakses, dibaca, dan didownload secara gratis, juga dapat dicetak, digandakan, diterbitkan atau diperdagangkan dengan harga murah, tidak melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET), yakni antara Rp 4.500 hingga Rp 14.000 (US$ 0,5 – 1,0) per buku.

Pada bulan Agustus tahun 2008 ini, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia akan telah membeli hak cipta 250 judul buku. Dengan reformasi ini diharapkan buku tersedia dalam jumlah yang cukup dengan harga yang terjangkau.

Pada saat ini juga sedang dikembangkan e-Bursa yaitu suatu wahana untuk memfasilitasi kebutuhan akan karya-karya ilmiah. E-Bursa diharapkan akan mampu menjadi knowledge center atau tempat untuk dapat berbagi pengetahuan secara baik, adil dan terpercaya. E-Bursa diharapkan akan mampu memberikan motivasi yang kuat kepada penulis dan peneliti untuk melahirkan penelitian-penelitian yang berbobot, yang pada gilirannya juga akan memotivasi semua pihak untuk saling berbagi dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai tahap awal e-Bursa akan menggandeng 7 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) World Class dan 4 PTN anggota DeTIKnas, serta didukung oleh beberapa asosiasi pendidikan.

Untuk memberikan layanan data dan informasi mutakhir, akurat dan real time sebagai bahan pengambilan keputusan bagi Mendiknas, pada saat ini juga sedang dikembangkan Decision Support System (DSS). Data/Informasi yang disediakan akan mencakup data/informasi kebijakan , data/informasi pembinaan, dan Online Report System. Diharapkan dengan sistem ini tata kelola Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia akan makin transparan, akuntabel dan real time.


Saudara-saudara, peserta forum dan hadirin yang saya hormati

Di samping mengembangkan Jardiknas sebagai upaya memberikan akses pendidikan bermutu/berkwalitas, transparan dan akuntabel, pada tahun 2004 Depdiknas mulai mengudarakan Televisi Edukasi (TVE), yang saat ini telah siaran 24 jam sehari. TVE disiarkan melalui satelit dan dapat diterima di seluruh Indonesia oleh pemirsanya melalui parabola (TVRO), TV nasional, TV lokal, dan TV kabel, di sekolah-sekolah, perguruan-perguruan tinggi atau di rumah-rumah.

Materi siaran TVE dikelompokkan menjadi 4 jenis siaran yakni siaran pendidikan (1) Formal, (2) Non-Formal, (3) Informal, dan (4) Informasi Pendidikan dengan program siaran unggulannya adalah siaran interaktif untuk mendukung Ujian Nasional, Bincang Cerdas, Kreatifnya Anak Indonesia, English Corner, e-Flash, dan Kuis Kita Harus Belajar (Ki Hajar), Siaran Interaktif (Matematika, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia), dan lain-lain. Untuk mendukung penerimaan program-program siaran TVE di SMP/MTs dan SD/MI, sejak tahun 2006 Depdiknas telah mendistribusikan 67.618 unit TV, 27.483 DVD Player, 17.148 unit parabola (TVRO) serta 1.641 unit Generator khusus untuk daerah-daerah yang belum terjangkau jaringan listrik. Pada tahun 2008 Depdiknas akan membuka 1 saluran TVE khusus untuk Guru yang diharapkan dapat mempercepat proses peningkatan kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi guru-guru di Indonesia melalui PJJ.


Saudara-saudara, peserta forum dan hadirin yang saya hormati

Pada tahun 2007 Depdiknas telah mengalokasikan anggaran Rp 892,4 Milyar (US$ 94 juta) atau 2,03% dari Anggaran Pendidikan Nasional untuk Pemanfaatan TIK, dan pada tahun 2008 Depdiknas telah meningkatkan anggaran Pemanfaatan TIK-nya hingga Rp. 1,08 Trilyun (US$ 114,6 juta).

Mengingat pentingnya jaringan dan akses melalui Jardiknas dan TVE hingga ke pedesaan, maka pada kesempatan ini Depdiknas mengajak Departemen Komunikasi dan Informatika untuk memberikan dorongan terhadap provider telekomunikasi agar bersedia melakukan perluasan jaringan TIK.

Pada kesempatan ini juga Depdiknas mengajak Departemen Energi & Sumber Daya Mineral untuk mempercepat perluasan jaringan listrik nasional sampai ke desa-desa melalui peran serta swasta dan provider nasional.

Selain akses, Depdiknas juga berharap agar swasta dan provider nasional dapat memberikan tarif yang wajar dan terjangkau sehingga tidak membebani pemerintah yang secara tidak langsung juga akan membebani rakyat melalui pembayaran pajaknya.

Dengan demikian kita berharap setiap warga negara segera mendapatkan hak untuk mendapat pendidikan sebagaimana amanat dalam pasal 31 UUD 1945.

Akhirnya, marilah kita jadikan forum ini sebagai jembatan global untuk membangun pendidikan Abad 21 melalui pemanfaatan TIK yang berbudaya, cerdas, dan bermutu. Sekian dan terima kasih.


Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Jurnal @ Pustekkom: Minggu XLIX (05.2008)


Senin, 12 Mei 2008

[Wijayakusuma 11: 08.00-09.30] Menyelesaikan Draft Keynote Depdiknas untuk Semiloka "Teknologi Maju untuk e-Pembelajaran".
[Warnet X-Net Malang: 10.00-10.30] Mengirim Keynote Depdiknas via e-mail.
[Wijayakusuma 11: 12.00-14.00] Menyusun pointer Depdiknas untuk Dewan TIK Nasional. Pointer diarahkan kepada Sumber Daya Komputasi dan Sumber Daya Manusia untuk TIK Pendidikan.

Selasa, 13 Mei 2008
[R. Tekkom, Pustekkom Lantai 3: 09.00-17.00] Melengkapi TOR Pengembangan Sistem Jaringan Internet dan TOR Pengembangan dan Pemeliharaan Infrastruktur Jaringan Online dengan Data Pendukung dan Revisi RAB.
[Wisma Handayani, Depdiknas Cipete: 19.00-22.00] Membahas Pengelolaan Jardiknas bersama Tim Admin (WAN) Jardiknas, Admin LAN-LAN Depdiknas (Gedung A, B, C, D, dan E Senayan serta F Cipete), Admin LAN Pusat-pusat (Pusat Bahasa | Pusat Grafika Indonesia | Pusat Informasi dan Humas | Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai | Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani | Pusat Perbukuan | dan Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan).

Rabu, 14 Mei 2008
[R. Kapus, Pustekkom Lantai 2: 10.00-22.00] Menyiapkan sajian Pemanfaatan TIK dalam Pendidikan (e-Learning) oleh Pustekkom dan Keynote Depdiknas untuk Semiloka "Teknologi Maju untuk e-Pembelajaran" dalam Rangka 100 Tahun Kebangkitan Nasional di Ballroom Balai Kartini, Jakarta. Semiloka ini diselenggarakan atas kerjasama Intel Corporation dan Pustekkom Depdiknas.

Kamis, 15 Mei 2008
[Balai Kartini, Jakarta: 09.00-12.00] Menghadiri Semiloka "Teknologi Maju untuk e-Pembelajaran" dalam Rangka 100 Tahun Kebangkitan Nasional di Ballroom Balai Kartini, Jakarta yang dihadiri oleh Dr. Craig R. Barrett (Chairman Intel Corporation), Menko Kesra, Mendiknas, dan Menkominfo.
[R. Rapat Pustekkom, Gedung C Lantai 2: 14.00-16.00] Membahas perkembangan sistem Program Kerja (Online Report) Sekretariat Jenderal Depdiknas bersama Tim Pengembang Aplikasi Program Kerja, Tim Admin Jardiknas dan KaPustekkom.
[Mutiara Ballroom 2, JW Marriot Hotel: 19.00-21.00] Memenuhi undangan Dinner Party dari Intel Corporation bersama Intel World Ahead Partners.
[Hotel Grand Jaya Raya, Cipayung, Bogor: 22.30-24.00] Bersama guru-guru SMK Penyusun Model KTSP SMK/MAK (2006) menata kembali spektrum dan meng-up-date kompetensi pendidikan kejuruan yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan SMK.

Jum'at, 16 Mei 2008
[Hotel Grand Jaya Raya, Cipayung, Bogor: 08.00-12.30] Menata kembali spektrum dan meng-up-date kompetensi pendidikan kejuruan program keahlian Multimedia melalui telaah KTSP dan perkembangan teknologi terkini.
[Ruang Yudhistira, Kantor Menko Perekonomian: 14.15-16.15] Membahas Sewa Bandwidth Jardiknas secara Multiyears bersama Asdep Telematika & Utilitas (Menko Perekonomian), Tim DeTIKNas, Pustekkom (Depdiknas), Dit Anggaran II (Depkeu), Dit PNBP (Depkeu), Dit e-Government (Depkominfo), dan Biro Perencanaan (Depkominfo).
[Hotel Grand Jaya Raya, Cipayung, Bogor: 18.00-24.00] Menyunting Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) program keahlian Multimedia.

Sabtu, 17 Mei 2008
[Hotel Grand Jaya Raya, Cipayung, Bogor: 08.00-12.30] Memfinalisasi Spektrum, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar program keahlian Multimedia SMK.
[R. Tekkom, Pustekkom Lantai 3: 15.30-22.00] Menyusun Draft Report e-Pendidikan 2008 untuk Dewan TIK Nasional.