Kamis, Agustus 21, 2008

Jurnal @ Pustekkom: Minggu LXIII (08.2008)


Selasa, 19 Agustus 2008

[Perpustakaan Media Pustekkom: 12.00-14.00] Mendampingi Tim BSE Pustekkom mem-back-up Server BSE dan menyiapkan Server BSE untuk diantarkan ke Istana Negara sebagai Master Server BSE pada peluncuran program "Buku Teks Pelajaran Murah" oleh Presiden RI.
[Sekretariat Negara RI: 16.00-18.30] Menyusun sejarah singkat Jardiknas dan Kemajuannya sambil menunggu Tim BSE Pustekkom menyiapkan dan gladi bersih Peresmian Pembukaan "Olimpiade Internasional Astronomi & Astrofisika" dan Peluncuran "Buku Teks Pelajaran Murah" oleh Presiden RI pada tanggal 20 Agustus 2008.
[R. Rapat Pustekkom Depdiknas C-2: 19.30-02.00] Bersama Tim BSE Pustekkom menyiapkan property untuk dibawa ke Istana Negara, movie peresmian OIAA/peluncuran BTSM dan memutakhirkan Aplikasi serta Koleksi BSE di server-server NOC Pustekkom Ciputat, NOC Telkom Karet, NOC Telkom Slipi, dan IIX (Gedung Cyber).

Rabu, 20 Agustus 2008
[Wisma Bahtera, Cisarua: 08.00-13.00] Menyajikan materi "MGMP Online sebagai Zona Guru Inovatif" pada kegiatan Orientasi Moderator MGMP Online yang diikuti oleh 21 guru SMAN, SMKN dan MAN Model. Kemudian memoderatori panel "Pemanfaatan MGMP bagi Guru" yang dinarasumberi oleh Bapak Suparno (Kasubdit Prodi Ditjen PMPTK) dan Bapak Budiana (Kasi. Kurikulum Dikmenti DKI Jakarta).
[Perpustakaan Media Pustekkom: 15.00-21.00] Mendampingi Tim BSE Pustekkom memutakhirkan 195 BSE SMK yang mengalami revisi halaman 'Kata Pengantar Direktur PSMK' dan 'Nomor Permendiknas tentang BSE SMK' di cover belakang.

Kamis, 21 Agustus 2008
[Perpustakaan Media Pustekkom: 09.00-12.00] Mendampingi Tim BSE Pustekkom melanjutkan memutakhirkan 195 BSE SMK yang mengalami revisi halaman 'Kata Pengantar Direktur PSMK' dan 'Nomor Permendiknas tentang BSE SMK' di cover belakang.
[R. 602 Biro PKLN: 14.00-16.00] Mendampingi Kabid TI membahas kerjasama Indonesia-Amerika di bidang Pendidikan.

::


Jum'at, 22 Agustus 2008
[Batavia Air 7P-343: 06.00 WIB - 12.20 WIT] Penerbangan dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Cengkareng) menuju Bandara Internasional Pattimura (Ambon), sayup-sayup terdengar alunan "Memory" yang ditiupkan oleh saxofonist Kenny G, rinai hujan di luar sana 'mem-pagi-kan' tanah Ambon di siang ini..
[12.45-13.45 WIT] Berkendara taxi dari Bandara Internasional Pattimura menuju Hotel Wijaya di Jalan Said Perintah, di luar gerimis sepanjang jalan..
[14.45-15.15 WIT] Bersama Mas Gatot Pramono melaporkan kehadiran dan misi kami kepada Kepala Balai Tekkom Provinsi Maluku di Kota Ambon.
[15.30-15.45 WIT] Bersama Mas Gatot Pramono dan diantar Ibu Kepala Balai Tekkom melaporkan kehadiran dan misi kami kepada Plt Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Maluku di Kota Ambon.
[16.00-16.30 WIT] Bersama Kepala Balai Tekkom melaporkan kehadiran dan misi kami kepada Kepala SMAN 2 Ambon selaku tuan rumah kegiatan Pembinaan Pemanfaatan Jardiknas, sekaligus memeriksa kesiapan ruang pembinaan di laboratorium komputer SMAN 2 Ambon.
[16.45-17.00 WIT] Menikmati lunch di RM Simpang Tigo bersama Mas Gatot Pramono.
[21.30-21.45 WIT] Kembali ke RM Simpang Tigo, dinner bersama Mas Gatot Pramono..
[22.00 WIT] Dari balik kaca jendela kamar 307 Hotel Wijaya kulihat hujan masih saja merinai dan membuat malam ini begitu dingin di Kota Ambon, konon sudah beberapa bulan ini Kota Ambon diguyur hujan


Sabtu, 23 Agustus 2008
[06.45-07.00 WIT] Menikmati sarapan pagi roti bakar di restoran Hotel Wijaya.
[09.00-09.30 WIT] Plt Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Maluku memberi arahan dan membuka kegiatan Pembinaan Pemanfaatan Konten Jardiknas (e-dukasi.net, Jardiknas, Bimbel Online, dan Buku Sekolah Elektronik). Pembinaan dihadiri oleh kepala sekolah, guru dan siswa representasi: SMAN 1 Ambon, SMAN 2 Ambon, SMAN 3 Ambon, SMAN 10 Ambon, dan SMAN Siwalima.
[09.45-10.30 WIT] Mas Gatot Pramono menjelaskan dan memperagakan pemanfaatan e-dukasi.net.
[10.30-12.00 WIT] Menjelaskan perihal potensi, layanan dan pemanfaatan Jardiknas.
[12.45-14.00 WIT] Mas Gatot menjelaskan dan memperagakan pemanfaatan Bimbingan Belajar Online.
[14.00-15.15 WIT]
Menjelaskan dan memperagakan cara mengunduh Buku Sekolah Elektronik (BSE).
[20.00-20.45 WIT] Menikmati makan malam di RM Ratu Gurih bersama Mas Gatot Pramono dan Endo (Driver Balai Tekkom).



Minggu, 23 Agustus 2008
[Batavia Air 7P-782: 06.45-08.15] Penerbangan dari Bandara Internasional Pattimura (Ambon) menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Cengkareng).


Strategi Pengembangan Pembelajaran Berbasis TIK


Indonesia sebagai negara berpopulasi tertinggi ke-4 tentunya memiliki tantangan yang nyaris yang sama dengan negara China dan India. Problem kesehatan dan pendidikan selalu dijadikan parameter untuk mengukur kesejahteraan rakyat di suatu Negara. Indonesia dengan populasi 247 juta dimana diantaranya terdapat 51 juta siswa dan 2,7 juta guru di lebih dari 293.000 sekolah, serta 300.000 dosen di lebih dari 2.700 perguruan tinggi yang tersebar di 17.508 pulau, 33 provinsi, 461 kabupaten/kota, 5.263 Kecamatan, dan 62.806 desa. Tentunya juga memiliki tantangan khusus di bidang pendidikan.

Beberapa tantangan diantaranya adalah: masih banyaknya anak usia sekolah yang belum dapat menikmati pendidikan dasar 9 tahun: angka partisipasi anak berusia sekolah 7-12 tahun untuk bersekolah masih dibawah 80% (APK SMP 85,22 dan APK SMA 52,2). Tantangan berikutnya adalah (1) tidak meratanya penyebaran sarana dan prasarana pendidikan/sekolah (sebagai contoh: tidak semua sekolah memiliki saluran telepon, apalagi koneksi internet): Kota vs Desa/Daerah Terpencil/Daerah Perbatasan, Indonesia Barat vs Indonesia Timur. (2) Tidak seragamnya dan masih rendahnya mutu pendidikan di setiap jenjang sekolah yang ditandai dengan tingkat kelulusan UN yang masih rendah, demikian pula nilai UN yang diperoleh siswa. (3) Rendahnya kualitas kompetensi tenaga pengajar, dimana dari jumlah guru yang ada 2.692.217, ternyata yang memenuhi persyaratan (tersertifikasi) hanya 727.381 orang atau baru 27% dari total jumlah guru di Indonesia. Dan yang tidak kalah penting adalah (4) rendahnya tingkat pemanfaatan TIK di sekolah yang telah memiliki fasilitas TIK (utilitas rendah), disisi lain tidak semua sekolah mempunyai sarana TIK yang memadai.

Sejumlah perubahan paradigma di dalam proses pembelajaran perlu kita lakukan agar kita siap memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Berikut ini adalah paradigma yang perlu segera diubah dan secepatnya menyesuaikan dengan perkembangan sistem, infrastruktur dan konten pembelajaran berbasis TIK:


Pada kesempatan ini pula perlu sama-sama kita luruskan kembali bahwa TIK bukan hanya komputer dan internetnya, TIK juga melingkupi media informasi seperti radio dan televisi serta media komunikasi seperti telepon maupun telepon seluler dengan SMS, MMS, Music Player, Video Player, Kamera Foto Digital, dan Kamera Video Digital-nya serta e-Book Reader-nya. Jadi banyak media alternatif yang dapat dipilih oleh pengajar untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan. TIK yang termanfaatkan dengan baik dan tepat di dalam pendidikan akan: memperluas kesempatan belajar, meningkatkan efisiensi, meningkatkan kualitas belajar, meningkatkan kualitas mengajar, memfasilitasi pembentukan keterampilan, mendorong belajar sepanjang hayat berkelanjutan, meningkatkan perencanaan kebijakan dan manajemen, serta mengurangi kesenjangan digital.


Pemanfaatan TIK


Menurut pemanfaatannya, TIK di dalam pendidikan dapat dikategorisasikan menjadi 4 (empat) kelompok manfaat.

Pertama, TIK sebagai Gudang Ilmu Pengetahuan, di kelompok ini TIK dimanfaatkan sebagai sebagai Referensi Ilmu Pengetahuan Terkini, Manajemen Pengetahuan, Jaringan Pakar Beragam Bidang Ilmu, Jaringan Antar Institusi Pendidikan, Pusat Pengembangan Materi Ajar, Wahana Pengembangan Kurikulum, dan Komunitas Perbandingan Standar Kompetensi.
Kedua, TIK sebagai Alat bantu Pembelajaran, di dalam kelompok ini sekurang-kurangnya ada 3 fungsi TIK yang dapat dimanfaatkan sehari-hari di dalam proses belajar-mengajar, yaitu (1) TIK sebagai alat bantu guru yang meliputi: Animasi Peristiwa, Alat Uji Siswa, Sumber Referensi Ajar, Evaluasi Kinerja Siswa, Simulasi Kasus, Alat Peraga Visual, dan Media Komunikasi Antar Guru. Kemudian (2) TIK sebagai Alat Bantu Interaksi Guru-Siswa yang meliputi: Komunikasi Guru-Siswa, Kolaborasi Kelompok Studi, dan Manajemen Kelas Terpadu. Sedangkan (3) TIK sebagai Alat Bantu Siswa meliputi: Buku Interaktif , Belajar Mandiri, Latihan Soal, Media Illustrasi, Simulasi Pelajaran, Alat Karya Siswa, dan media Komunikasi Antar Siswa.
Ketiga, TIK sebagai Fasilitas Pembelajaran, di dalam kelompok ini TIK dapat dimanfaatkan sebagai: Perpustakaan Elektronik, Kelas Virtual, Aplikasi Multimedia, Kelas Teater Multimedia, Kelas Jarak Jauh, Papan Elektronik Sekolah, Alat Ajar Multi-Intelejensia, Pojok Internet, dan Komunikasi Kolaborasi Kooperasi (Intranet Sekolah). dan
Keempat, TIK sebagai Infrastruktur Pembelajaran, di dalam kelompok ini TIK kita temukan dukungan teknis dan aplikatif untuk pembelajaran – baik dalam skala menengah maupun luas – yang meliputi: Ragam Teknologi Kanal Distribusi, Ragam Aplikasi dan Perangkat Lunak, Bahasa Pemrograman, Sistem Basis Data, Komputer Personal, Alat-Alat Digital, Sistem Operasi, Sistem Jaringan dan Komunikasi Data, dan Infrastruktur Teknologi Informasi (Media Transmisi).

Berangkat dari optimalisasi pemanfaatan TIK untuk pembelajaran tersebut kita berharap hal ini akan memberi sumbangsih besar dalam peningkatan kualitas SDM Indonesia yang cerdas dan kompetitif melalui pembangunan masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society). Masyarakat yang tangguh karena memiliki kecakapan: (1) ICT and media literacy skills, (2) critical thinking skills, (3) problem-solving skills, (4) effective communication skills, dan (5) collaborative skills yang diperlukan untuk mengatasi setiap permasalahan dan tantangan hidupnya.



Peran Guru & Siswa


Di dalam proses belajar-mengajar tentunya ada subjek dan objek yang berperan secara aktif, dinamik dan interaktif di dalam ruang belajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru & Siswa sama-sama dituntut untuk membuat suasana belajar dan proses transfer of knowledge–nya berjalan menyenangkan serta tidak membosankan. Oleh karena itu penataan peran Guru & Siswa di dalam kelas yang mengintegrasikan TIK di dalam pembelajaran perlu dipahami dan dimainkan dengan sebaik-baiknya.


Kini di era pendidikan berbasis TIK, peran Guru tidak hanya sebagai pengajar semata namun sekaligus menjadi fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar bagi Siswa. Karenanya Guru dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar. Dengan peran Guru sebagaimana dimaksud, maka peran Siswa pun mengalami perubahan, dari partisipan pasif menjadi partisipan aktif yang banyak menghasilkan dan berbagi (sharing) pengetahuan/keterampilan serta berpartisipasi sebanyak mungkin sebagaimana layaknya seorang ahli. Disisi lain Siswa juga dapat belajar secara individu, sebagaimana halnya juga kolaboratif dengan siswa lain.


Untuk mendukung proses integrasi TIK di dalam pembelajaran, maka Manajemen Sekolah, Guru dan Siswa harus memahami 9 (sembilan) prinsip integrasi TIK dalam pembelajaran yang terdiri atas prinsip-prinsip:
[1] Aktif: memungkinkan siswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar yang menarik dan bermakna.
[2] Konstruktif: memungkinkan siswa dapat menggabungkan ide-ide baru kedalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau keinginan tahuan dan keraguan yang selama ini ada dalam benaknya.
[3] Kolaboratif: memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerjasama, berbagi ide, saran atau pengalaman, menasehati dan memberi masukan untuk sesama anggota kelompoknya.
[4] Antusiastik: memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
[5] Dialogis: memungkinkan proses belajar secara inherent merupakan suatu proses sosial dan dialogis dimana siswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar sekolah.
[6] Kontekstual: memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses belajar yang bermakna (real-world) melalui pendekatan ”problem-based atau case-based learning”
[7] Reflektif: memungkinkan siswa dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri. (Jonassen (1995), dikutip oleh Norton et al (2001)).
[8] Multisensory: memungkinkan pembelajaran dapat disampaikan untuk berbagai modalitas belajar (multisensory), baik audio, visual, maupun kinestetik (dePorter et al, 2000).
[9] High order thinking skills training: memungkinkan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi (seperti problem solving, pengambilan keputusan, dll.) serta secara tidak langsung juga meningkatkan ”ICT & media literacy” (Fryer, 2001).


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka bukti otentik terjadinya pembelajaran berbasis TIK dapat kita cermati dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun dan implementasinya yang dilaksanakan oleh setiap guru mata pelajaran di sekolah. RPP yang mengintegrasikan TIK di dalam pembelajaran dapat disusun melalui 2 (dua) pendekatan, yaitu pendekatan idealis dan pendekatan pragmatis.


Pertama, Pendekatan Idealis dapat dimulai dengan menentukan topik, kemudian menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai; dan menentukan aktifitas pembelajaran dengan memanfaatkan TIK (seperti modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, atau alat komunikasi sinkronous dan asinkronous lainnya) yang relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut.


Kedua, Pendekatan Pragmatis dapat diawali dengan mengidentifikasi TIK (seperti buku, modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, atau alat komunikasi sinkronous dan asinkronous lainnya) yang ada atau mungkin bisa dilakukan atau digunakan, kemudian memilih topik-topik apa yang bisa didukung oleh keberadaan TIK tersebut, dan diakhiri dengan merencanakan strategi pembelajaran yang relevan untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator capaian hasil belajar dari topik pelajaran tersebut.


Adapun strategi yang dapat dipilih sesuai dengan kedua pendekatan tersebut adalah strategi: Resources-based learning (pembelajaran berbasis sumber daya), Case/problem-based learning (pembelajaran berbasis permasalahan/kasus sehari-hari), Simulation-based learning (pembelajaran berbasis simulasi), dan Colaborative-based learning (pembelajaran berbasis kolaborasi).


Peran TVE & Jardiknas

Sebagaimana kita ketahui bersama, tantangan terbesar negara kita dalam mencerdaskan bangsa adalah akses setiap masyarakat Indonesia ke sumber-sumber pengetahuan dan informasi pendidikan. Oleh karena itulah Depdiknas berupaya menjawab tantangan tersebut dengan inisiatif yang penuh inovasi melalui penyelenggaraan siaran TV Edukasi yang diresmikan pada tahun 2004 ini merupakan televisi yang mengkhususkan pada siaran pendidikan, termasuk program pembelajaran. Kemudian pada tahun 2006, Depdiknas menggelar Jardiknas (Jejaring Pendidikan Nasional) yang merupakan jaringan TIK nasional terbesar yang dimanfaatkan oleh Depdiknas untuk keperluan komunikasi data administrasi, konten pembelajaran, serta informasi dan kebijakan pendidikan.


TVE yang kini telah memiliki saluran 2 untuk Guru ini memiliki pola siaran: Informasi yang berisikan materi: News, Pola siaran yang berisikan Kebijakan, Profil Guru, dan sebagainya; Tutorial (Pendidikan Formal) yang berisikan materi: pembelajaran berdasarkan kurikulum Program SD, SMP, SMA, SMK, PJJ S-1 PGSD konsorsium dan Program S1 PGSD Non Konsorsium; dan Pengayaan yang berisikan materi: pengkayaan dan materi yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi Guru.

Sedangkan Jardiknas saat ini memiliki 1.072 node (simpul) Zona Kantor dan Perguruan Tinggi yang tersebar di 33 provinsi dan 456 kabupaten/kota. Jardiknas yang berpusat di NOC Pustekkom Ciputat Banten dan NOC Telkom Karet Jakarta ini difasilitasi bandwidth intranet, internet domestik dan internet internasional yang cukup memadai untuk mendukung e-administrasi dan e-pembelajaran di Indonesia. Dalam waktu dekat – dalam rangka memenuhi Inpres nomor 5 tahun 2008 – Depdiknas akan mengembangkan Jardiknas Zona Sekolah untuk 15.000 sekolah dan Jardiknas Zona Perorangan untuk 7.943 tenaga pengajar yang memiliki laptop. Media koneksi Jardiknas Zona Sekolah berorientasi static internet (fixed), sedangkan Jardiknas Zona Perorangan berorientasi kepada mobile internet.


Konten


Kita memahami bahwa infrastruktur semegah apapun tidak akan berarti sama sekali jika tiada konten bermanfaat di dalamnya. Setiap hari pengguna internet berselancar di dunia maya hanya untuk mencari konten yang benar-benar diinginkannya secara instan. Baik didorong oleh rasa keingintahuan terhadap suatu fenomena maupun sekedar membuktikan sebuah informasi.


Demikian halnya konten pendidikan yang disajikan melalui TVE maupun disediakan melalui Jardiknas. Beberapa konten e-learning yang selama ini cukup mendukung pembelajaran berbasis TIK adalah: Bimbingan Belajar Online, Bank Soal Online, Uji Kompetensi Online, Smart School, Telekolaborasi, Digital Library, Research Network, dan Video Conference PJJ.


Salah satu konten yang cukup menyita perhatian publik akhir-akhir ini adalah program buku murah yang dikemas di dalam aplikasi Buku Sekolah Elektronik (BS) yang dapat diakses melalui: bse.depdiknas.go.id. BSE merupakan langkah reformasi di bidang perbukuan dimana Depdiknas telah membeli Hak Cipta buku-buku teks pelajaran SD, SMP, SMA, dan SMK tersebut. Softcopy buku-buku teks pelajaran tersebut didistribusikan melalui web BSE agar guru atau masyarakat dapat mengakses, mengunduh, mencetak, mendistribusikan, atau menjualnya sesuai HET (Harga Eceran Tertinggi) dimana saja dan kapan saja. Selain BSE versi Online yang dapat diakses melalui internet, Depdiknas juga telah menyediakan dan mendistribusikan BSE versi Offline yang dikemas di dalam cakram padat DVD.

Demikian strategi pengembangan pembelajaran berbasis TIK yang terus-menerus dikembangkan dan didukung oleh Depdiknas melalui sejumlah inisiatif dan inovasi di bidang teknologi pembelajaran, teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Kita dapat berharap suatu saat nanti TVE dan Jardiknas dapat menjadi Pusat Konten Pembelajaran yang dapat diakses dimana saja dan kapan saja melalui koneksi Kabel, Nirkabel & Satelit.



---

Disampaikan pada seminar
"Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
untuk Meningkatkan Mutu Belajar dan Pembelajaran"

Hotel Cisarua Indah Mountain Resort
Jum'at, 15 Agustus 2008


::