Minggu, September 23, 2007

Jurnal Hari VI | Taiwan: Kamis, 21 September 2007

KDEI Taiwan


Hari ini adalah hari terakhir perjalanan misi kita di Korea dan Taiwan, Alhamdulillah semua anggota tim dalam keadaan sehat walafiat dan tetap semangat.

Dalam perjalanan dari Kota Taipei ke Bandara Taoyuan, tim menyempatkan diri beraudiensi di kantor Kamar Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) Taiwan yang terletak di kawasan bisnis baru semacam technopark. Tepat jam 09.30 kami diterima lansung oleh Deputi KDEI Taiwan Bapak Amzir Ramali Bandaro (Deputi/Waka), Bapak A. Fauzi Muchtar (Kabag Tata Usaha), dan Bapak Pangkuh Rubiyono (Senior Asisten Tata Usaha/Tenaga Kerja) KDEI Taiwan.

Dari beliau kami dapatkan sejumlah informasi tentang:
(1) Pertemuan Mendiknas RI dan Meneteri Pendidikan Taiwan beserta seluruh Rektor Universitas se-Taiwan di Kantor KDEI Taiwan, pada kesempatan itu Menteri Pendidikan Taiwan menawarkan program beasiswa untuk mahasiswa Indonesia dan Bapak Mendiknas RI mengajukan angka 5.000 beasiswa mahasiswa kepada Menteri Pendidikan Taiwan. Beberapa perguruan tinggi di Indonedia telah memanfaatkan program ini.
(2) Program pertukaran mahasiswa Indonesia-Taiwan agak terkendala pada rendahnya standar living cost bagi mahasiswa Taiwan di Indonesia. Mereka menghendaki standar yang sama seperti saat mereka di Taiwan.
(3) KDEI Taiwan siap membantu program-program kerjasama pendidikan yang telah, sedang dan akan dilakukan oleh Depdiknas di Taiwan meskipun kapasitas umumnya adalah sector kerjasama perdagangan dan ekonomi antara Indonesia dan Taiwan.
(4) Depdiknas perlu menyiapkan calon-calon mahasiswa penerima beasiswa dengan bekal bahasa Mandarin yang cukup, karena institusi pendidikan di Taiwan lebih suka mahasiswa yang cakap berkomunikasi dengan bahasa Mandarin/Taiwan.

Tepat pukul 10.30 kami berpamitan kepada pejabat KDEI Taiwan karena harus melanjutkan perjalanan ke Bandara Taoyuan Taipei.

Jam 13.25 Waktu Taiwan kami take-off menuju Korea dengan penerbangan Korean Air KE 692 dan landing di Bandara Incheon (Seoul) tepat pukul 16.50 waktu Korea. Setelah mengambil semua bagasi, kami pun bergegas menuju kantor Kedutaan Besar RI di Seoul untuk melaporkan hasil perjalanan sekaligus mengambil dokumen perjalanan kami yang telah di tanda-tangani dan distempel pejabat KBRI di Korea Selatan. Kami tiba di KBRI sekitar jam 19.00 karena terjebak kemacatan lalu-lintas arus ‘mudik’ warga Korea yang akan merayakan ‘lebaran’ Falling Love Festival (semacam Thanks Giving) di kampung halaman masing-masing.

Demikian laporan hari terakhir kami, draft milestone Pengembangan Game Technology Indonesia 2006-2010 sudah kami susun dan akan dicermati bersama kawan-kawan dari ITS, ITB, Poliseni Yogyakarta, dan Polteknik VEDCA. Kami sepakat akan bertemu lagi pada hari Kamis tanggal 27 September 2007 di Biro PKLN untuk mendetailkan program ini secara operasional, sehingga pada bulan November 2007 nanti sudah dapat kita eksekusi di Korea dan Taiwan.

Perjalanan udara-darat sejauh 8.937 mil ini memang panjang dan tentu juga melelahkan di bulan puasa Ramadhan 1428 H, namun kami yakin sebentar lagi kita akan memetik buah ‘berkah’-nya..

Karena bertepatan dengan ‘lebaran’ Korea, kami ucapkan ‘Happy Chuseok!’

Mian hamnida, gamsa hamnida… (maaf & terima kasih)


Korea – Seoul, 20 September 2007


Jurnal Hari V | Taiwan: Kamis, 20 September 2007


Digital Content and Multimedia Technology Center


Hari ini cuaca cukup cerah, kami berangkat jam 09.00 dari Cosmos Hotel ke Chiang Kai Sek Memorial Hall untuk kunjungan budaya. Sekitar 1,5 jam kami dipandu untuk mengenal Bapak Negara Taiwan yang sangat dikagumi dan disegani oleh kawan dan lawan politiknya masa itu. Kami menangkap sejumlah inspirasi dari kunjungan ini. Panglima Jenderal Chiang Kai Sek yang berlatar militer dan Dr Sun Yat Sen yang berlatar belakang pendidikan tinggi sangat mendomasi pada peletakan fondasi Negara ini. Keduanya dapat saling mengisi dan menguatkan, mengapa? Karena kedua tokoh ini memiliki kebiasaan yang sama, membaca!

Mengapa kunjungan budaya ini penting? Pengembangan game technology juga sangat erat dengan wawasan budaya, hal ini dibutuhkan sebagai basic art dan pengayaan wawasan untuk membangun karakter seorang gamer, karena dia harus peka terhadap perkembangan budaya, humanism dan kebutuhan pengembangan karakter sesuai dengan kebutuhan/trend program-program game yang disukai pasar. Hal ini dapat kita buktikan dari hasil karya animasi dan game yang ada di area pameran Amazing Technology in Taiwan yang berada di dalam Chiang Kai Sek Memorial Hall. Pameran ini menggambarkan perkembangan teknologi di Taiwan yang dikemas dalam bentuk Animasi dan Game Technology, kami melihat karakter icon yang digambarkan sangat mewakili karakter Taiwan, kebetulan terdapat pula ada contoh-contoh karya teknologi pendidikan. Bagaimana dengan kita? Karakter budaya kita sangat banyak.. ini merupakan bekal untuk membangun karakter-karakter yang berbeda dan kaya akan inspirasi..


Setelah mengunjungi CKS Memorial Hall, tim bergerak menuju Martyr Shrine yang merupakan monumen peringatan untuk 72 martir yang berjuang dan berjasa untuk kemerdekaan Republik Taiwan. Disini kami menyaksikan sepasang tentara yang menjaga gerbang depan dan gerbang dalam Martyr Shrine berdiri tegak dengan senjata laras panjang dan tak berkedip! Sekilas mirip patung lilin, tetapi ini benar-benar manusia biasa yang terlatih dan tangguh bertahan untuk selama 1 jam tanpa bergerak dan kedip! Mereka adalah mahasiswa wajib militer yang terlatih untuk bertempur dan berdiri tegak selama 5 jam di segala cuaca! Kami berdecak kagum untuk yang satu ini, karena ini sekali lagi membuktikan…ketangguhan militer Taiwan sungguh luar biasa, tidak heran jika banyak tentara-tentara negara di Asia Tenggara belajar di Taiwan. Sekali lagi membuktikan…intelektuliasme di lingkup militer terbukti manjadi pilar tangguh negara ini.

Tepat pukul 13.30 kami tiba di Lunghwa University of Science and Technology, kami disambut langsung oleh Mr. Jung-Ying Wang, Ph.D (Department of Multimedia and Game Science Chairman and Assistant Professor) didampingi Mr. Juing-Huei Su, Ph.D (Dean College of Electrical Engineering and Computer Science) dan Mr. Yen-Jen Chen, Ph.D (Department of Multimedia and Game Science Lunghwa Institute of Technology, Assistant Professor). Setelah perkenalan Tim, salah satu lecture mempresentasikan tentang Multimedia & Game Science yang telah dikembangkan sejak tahun 2002 di LHU ini. Kemudian Tim diajak mengunjungi fasilitas belajar yang berada di lingkup Multimedia dan Game Science, dimulai dari: (1) Macintosh Multimedia Lab, (2) Game Design Lab, (3) Game Test Lab & Project Implementation Studio, (4) Multi-functional Displaying Room, (5) Digital Audio Central Room, (6) Digital Recording Room, (7) 3D Imaging Lab, (8) Real Time Motion Capture and Virtual Studio Integrated System Lab, (9) Multimedia Digital Surround Mixing and Recording Lab, dan (10) Digital Homecare Service Lab. Lab/Studio 1 – 6 berada di Department of Multimedia and Game Science dan Lab/Studio 7 – 10 berada di DCMT (Digital Content and Multimedia Technology) Center.

Setelah mengunjungi seluruh fasilitas tersebut, kami diantar ke ruang konferensi untuk mendiskusikan skema kerjasama dalam pengembangan Multimedia dan Game Science. Beberapa hal yang sempat kami catat antara lain: 1) Tuition fee NT 40.000 per-semester atau NT 100.000 per-tahun, 2) Dormitory fee NT 10.000 per-semester, 3) LHU siap bekerja sama untuk program Lectures Exchange & Students Exchange dengan sejumlah persyaratan yang perlu didetailkan bersama, mulai dari MoU Sister University sampai Agreement khusus bidang Multimedia & Game Science, 4) Kerjasama dapat diawali melalui Joint Project pengembangan game antar dosen atau antar mahasiswa Indonesia-Taiwan 1-3 bulan, 5) setelah Joint Project tersebut, LHU juga membuka kesempatan program Double Degree dengan bahasa pengantar Bahasa Mandarin dan Bahasa Inggris.

Demikian laporan hari ke-5 kami.

Xie-xie.. terima kasih,


Taiwan - Taipei, 20 September 2007

Jurnal Hari IV | Taiwan: Rabu, 19 September 2007


Tower 101 Taiwan


Hari ke-4 ini Tim bergerak dini hari dari Selatan Korea (Busan) jam 07.00 ke Barat laut menuju Seoul dengan penerbangan Korean Air KE 1402, tiba di Bandara Incheon (Seoul) tepat jam 08.00. Dengan dibantu pemandu kami segera check-in untuk penerbangan berikutnya ke arah Barat Daya menuju Taipei (Taiwan) dengan Korean Air KE 691 jam 10.30. Tim tiba di Bandara Taipei tepat jam 12.05 waktu setempat. Sejurus kemudian dengan menggunakan bus tibalah Tim di Cosmos Hotel jam 13.00.

Hari ini tidak ada agenda formal ke universitas/institut, jadi 1 jam kemudian kami sudah siap untuk mengunjungi Tower 101 setinggi 508 meter, tower tertinggi ke-2 setelah Tower baru di Dubai. Kami tiba di Tower 101 jam 14.30, sebagian besar anggota Tim menguji ‘adrenalin’ naik ke puncak Tower 101 dengan lift berkecepatan tinggi, dari lantai 5 hingga lantai puncak ditempuh hanya dalam waktu 45 detik! Demikian pula saat turun dari lantai puncak ke lantai 5. Dari puncak tower (lantai observatory) kami dapat menyaksikan panorama kota Taipei dari seluruh penjuru mata angin, tentunya ini pengalaman yang sangat menarik bagi Tim dan siapapun yang mengunjungi Tower 101 ini.


Dalam perjalanan ke hotel, kami dapatkan catatan menarik tentang kemajuan yang dituai Taiwan saat ini, hal ini dikarenakan adanya program ‘wajib belajar 9 tahun’ yang dijalankan pada masa Presiden Chiang Kai Sek. Pada masa itu anak-anak Taiwan usia SD-SMP ‘dipaksa’ untuk menuntut ilmu di sekolah oleh pemerintah. Orang tua yang tidak melepaskan/mengizinkan anak-anaknya untuk belajar akan terkena sanksi hukum yang sangat berat, apa pun kondisi dan alasannya.


Seperti halnya Jerman dan Korea, Taiwan juga menerapkan wajib militer bagi tamatan perguruan tinggi selama 1 tahun (sebelum bekerja) dengan disiplin yang sangat tinggi dan ketat. Pola ini secara tidak langsung menanamkan semangat nasionalisme seumur hidup yang kuat berakar menjadi ketahanan nasional di bidang ekonomi. Dua hal tersebut kini telah menjadi ‘kesadaran’ nasional yang patut kita tiru, bahwa pendidikan dan nasionalisme akan menjadi penyangga ekonomi makro suatu bangsa.


Tower pencakar langit memang tolok ukur ke-adidaya-an dan puncak prestasi teknologi suatu bangsa, suatu saat kita pun akan dapat membangunnya sendiri dengan desain dan teknologi yang lebih canggih dengan kecerdasan dan peradaban tinggi anak bangsa Indonesia di masa depan.

Xie-xie.. terima kasih,


Taiwan - Taipei, 19 September 2007

Jurnal Hari III | Korea: Selasa, 18 September 2007


Pusan National University - ALCoB



Setelah menempuh perjalanan bus Gwangju - Busan selama 3,5 jam, menjemput 2 anggota tim di Bandara Busan dan check-in di Nongshim Hotel. Tim menuju Pusan National University (PNU) yang berjarak 20 menit dari dari hotel. PNU adalah universitas negeri terbesar kedua di Korea setelah Seoul. PNU memiliki kampus yang asri dan bersih, pada umumnya mahasiswa bertempat tinggal di dormitory yg tersedia di dalam kampus.


Tepat jam 14.00 dengan mengambil ruang IACE yang bersebelahan dgn Perpustakaan PNU, kami diterima langsung oleh Prof Young Hwan Kim, Ph.D, Pendiri ALCoB (APEC Learning Community Builders) sekaligus Presiden IACE (Institute of APEC Collaborative Education).


Saat ini ALCoB (www.alcob.org) telah memiliki jaringan relawan di
3000 lokasi di 50 negara yang terdiri atas ALCoB terdiri dari ALCoB-U (University), ALCoB-T (Teacher), ALCoB-L (Learner), ALCoB-S = Social Worker, dan ALCoB-EC (Enterpreuneur Committee). Tupoksi ALCoB antara lain menyalurkan tenaga relawan, baik itu guru, mahasiswa, pekerja sosial ke seluruh negara anggota APEC dengan pola kolaborasi virtual maupun nyata. Melalui jalur ALCoB-U, PNU merencanakan menerima sejumlah relawan mahasiswa dari kawasan Asia Tenggara, diperkirakan jumlah mahasiswa yang terlibat di dalam ALCoB-U 2008 adalah: 200 mahasiswa dari Thailand, 50 mahasiswa dari Filipina, 50 mahasiswa dari Vietnam, dan 50 mahasiswa dari Indonesia.


Program ALCoB-U 2008 diselenggarakan 3 tahapan: Tahap I Penyusunan Proposal & Persiapan di Negara masing-masing pada bulan Februari s.d. Juli, Tahap II Pelaksanaan program di Korea pada bulan Agustus (2-4 minggu), dan Tahap III Deseminasi dan Presentasi Agustus: 2-4 minggu di korea | Sept-Nov: presentasi di tanah air. Selama nanti berada di Korea, mahasiswa yang mengikuti program ini tidak diperkenankan bertempat tinggal di hotel, melainkan di dormitory atau camp (perkemahan).


Program ini mensyaratkan (minimal) 3 dari 10 mahasiswa yang mengikutinya mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris, sedangkan yang lainnya harus memiliki kecakapan di bidang ICT, Fotografi, dan Video. Pendaftarannya bersifat dinamis.


Berkenaan dengan Game Technology & Animasi, PNU bersedia menjadi mediator yang mengupayakan adanya kerjasama dengan universitas-universitas di Korea yang memiliki program Game Technology & Animasi Korea melalui Asosiasi Universitas Korea. Hal yang sama juga akan dilakukan PNU untuk program Beasiswa Unggulan melalui program Student Exchange. Pembiayaan dapat dilakukan dengan 2 pola, yang pertama sepenuhnya dari RI dan yang kedua subsidi dari Pemerintah Korea, khususnya saat yang bersangkutan berada di Korea. Dalam hal ini Prof Young Hwan Kim, Ph.D menunjuk Bapak AB Susanto sebagai contact person di Indonesia.


Beberapa perusahaan/industri di Korea ada yang mencari tenaga kerja fresh graduate asing (termasuk dari Indonesia), PNU bersedia merekomendasikan mahasiswa yang aktif di ALCoB untuk bekerja di perusahaan/industri tersebut, termasuk di industri game dan animasi di Korea.


Demikian laporan hari ke-3, Tim akan terus mencari peluang-peluang baik dalam kerjasama pendidikan di luar negeri, khususnya untuk program game technology..


Gamsa hamnida..



Korea - Busan, 18 September 2007

Jurnal Hari II | Korea: Senin, 17 September 2007


Gwangju Design Center
(GDC)


Alhamdulillah..cuaca di hari kedua ini (Senin, 17 September 2007) sangat cerah, badai taifun yang kemarin mengakibatkan hujan sepanjang hari di Kota Gwangju telah bergerak kea rah Kota Seoul. Semua anggota tim dalam keadaan sehat walafiat, tetap semangat dan kuat menjalani ibadah puasa meskipun waktu puasanya lebih panjang 1 jam dari waktu puasa di tanah air.

Hari kedua ini kami mendapat kesempatan ‘emas’ untuk mengunjungi Gwangju Design Center (GDC: www.gdck.org). Tim diterima langsung oleh Mr Seo Hyung-Sub (Direktur Tim Manajemen dan Bisnis). Tim kita diajak berkeliling gedung GDC untuk menyaksikan ruang peraga karya peserta diklat Desain Keramik yang merupakan tugas akhir partisipan diklat dari Korea dan Desain Produk yang merupakan tugas akhir partisipan diklat dari Jepang.


Dari pengamatan kami, apa yang mereka desain dan kreasikan betul-betul orisinal, baru, unik, dan detail. Sebelum berkunjung ke lantai 6 yang terdiri dari studio-studio desain Animasi, 2D, 3D, Cetak, Web, dsb, kami disajikan video profil GDC yang menceritakan sejarah, visi, misi, tujuan, dan layanan GDC bagi warga dan industri di Kota Gwangju pada khususnya dan Korea pada umumnya di. GDC yang baru diresmikan pada tahun 2006 ini berani mengklaim bahwa lembaga ini sebagai design center terbaik di Korea.


Di akhir pemutaran video profil tersebut, kami menanyakan: apakah GDC ini dapat menerima pelatihan/magang bagi mahasiswa yang menekuni game technology dan animasi? Ternyata pihak GDC bersedia menerima sekitar 20 mahasiswa Indonesia untuk mengikuti pelatihan/magang pada bulan Maret-Mei 2008 dengan sejumlah syarat diantaranya: ada MoU antara Depdiknas dengan Walikota Gwangju, ada silabus atau kurikulum yang berlaku untuk bidang desain produk dan media, dan ada kesanggupan pihak Depdiknas untuk menanggung biaya transportasi, akomodasi dan konsumsi bagi mahasiswa yang akan dilatih/dimagangkan di GDC. Secara prinsip skema biaya pelatihan dapat ditanggung oleh pihak Korea cq GDC. Menurut kami, kesempatan ini patut ditindaklanjuti. Pihak GDC secara eksplisit mengundang Depdiknas cq Biro PKLN untuk menghadiri Gwangju Binneale 2007 yang akan berlangsung pada bulan November yang akan datang, pada kesempatan ini Walikota Gwangju dan pejabat GDC akan meluangkan waktu untuk menjalin kerjasama melalui MoU dan hal-hal lain yang akan mendukung percepatan transformasi game technology di Indonesia.


Seperti konsep technopark pada umumnya, di GDC juga memiliki fasilitas studio desain untuk pelatihan dan sejumlah kantor representasi industri-industri desain produk dan media yang dilengkapi dengan perpustakaan yang cukup lengkap dan mutakhir.


Beberapa studio yang sempat kami kunjungi adalah studio desain produk kemasan dan desain animasi, di kedua tempat itu hanya terlihat 3-4 orang saja yang secara tekun mendesain masing-masing produk dan animasi. Khusus di studio animasi, meskipun tidak sempat berdiskusi tentang animasi dengan animator-nya, namun kami sempat ‘memotret’ apa saja yang ada di meja seorang animator dan apa saja yang telah mereka hasilkan, baik dalam wujud komik maupun film.


Singkat kata, kunjungan kami di Gwangju Design Center (GDC) ini sangat memuaskan karena akhirnya terjadi komitmen kedua belah pihak untuk saling mencerdaskan.


Gamsa hamnida.. terima kasih



Korea - Gwangju, 17 September 2007

Jurnal Hari I | Korea: Minggu, 16 September 2007


Gwangju ACE Fair 2007


Alhamdulillah, setelah menempuh penerbangan KE 628 selama 7 jam, akhirnya Tim Taskforce Game Technology Depdiknas mendarat di Bandara Internasional Incheon (Seoul) dengan selamat tepat pukul 06.40 waktu Korea (04.40 WIB). Kemudian Tim dengan dipandu oleh Ms Rose Lee (Tour Guide) bergegas ke Bandara Domestik Gimpo (Seoul) untuk melanjutkan penerbangan ke Gwangju pada pukul 10.10. Alhamdulillah, setelah menempuh penerbangan selama 50 menit yang ‘diselingi’ guncangan turbulansi di menit ke-40-an karena terkena ‘ekor’ taifun di jalur penerbangan yang dilewati KE 1303, akhirnya Tim berhasil mendarat di bandara Gwangju tepat pukul 11.00 waktu Korea. Kami beruntung karena semua penerbangan domestic setelah kami mengalami ‘pembatalan’ akibat taifun yang melanda sebagian besar wilayah Korea.

Sekitar jam 11.45 kami tiba di Mu Deung Park Hotel, kami tidak beristirahat terlalu lama karena jam 13.00 kami segera menuju lokasi “Gwangju Art Contents & Entertainment Industry Fair” (Gwangju ACE Fair 2007: www.acefair.or.kr) Kimdaejung Convention Center (KCC: www.kdjcenter.or.kr). KCC ini dibangun untuk mengenang jasa mantan Presiden Korea Selatan yang telah menerima Nobel Perdamaian atas kunjungan resmi kepada Presiden Korea Utara Kim Jong Il.


Salah satu yang menarik dari KCC adalah tempat untuk mengedukasi masyarakat Gwangju pada khususnya dan Korea pada umumnya terhadap perkembangan teknologi, seni dan budaya bertaraf internasional, dimana pengelola KCC akan merancang jadwal pameran tersebut dengan kreatif, inovatif dan ekonomis. Kami menangkap bahwa Presiden Kim Dae Jung ingin mendidik rakyatknya untuk menanamkan pentingnya pendidikan, inovasi teknologi dan standar produk yang laku pasar internasional. Dengan demikian pendidikan tidak hanya science to science tetapi pendidikan juga dapat menghasilkan suatu produktifitas yang dapat menghasilkan uang.


Gwangju ACE Fair 2007 yang diselenggarakan pada tanggal 13-16 September 2007 ini menggunakan pola eksibisi sistem baru berbasis ICT yang canggih, dimana name tag yang dikenakan oleh setiap visitor (pengunjung) telah ‘ditanami’ chip ID pengunjung yang apabila didekatkan ke gadget yang berada di setiap booth (stand) exhibitor maka secara otomatis data visitor masuk ke basis data perusahaan yang dikunjungi/dihampirinya sebagai ganti ‘kartu nama’. Biasanya visitor akan menerima sejumlah brosur, CD atau souvenir setelah ‘mengabsenkan diri’ di booth tersebut :)


Gwangju ACE Fair 2007 yang memakan hall seluas 9,072 m2 ini disponsori oleh Kementerian Kebudayaan & Pariwisata Korea, Komisi Penyiaran Korea, Asosiasi TV Kabel Korea, KOCCA, KIPA, dan Gwangju Design Center. Pameran ini diikuti oleh 168 perusahaan dimana 59 diantaranya merupakan perusahaan asing (Australia, China, Hong Kong, India, Indonesia, Japan, Mexico, Philippines, Russia, Singapore, Taiwan, Thailand, Turkey, dan USA), Indonesia diwakili oleh: Bali Film Center of Indonesia, CAM Solution, Mahaka Entertainment, dan Sinemart.


Gwangju ACE Fair 2007 yang menampilkan sejumlah bisnis dan industri Animation, Broadcast/Visual Media, Character, Cultural Contents, Design, Edutainment, Game, dan Independent Production ini memberikan catatan penting bagi program pengembangan game technology dan media kita, diantaranya: Porsi ‘art’ berbanding ‘technology’ adalah 70:30, penciptaan karakter sarat dan kuat dengan sentuhan seni sang ‘seniman’ game, setelah karakter terwujud maka proses generiknya dapat disempurnakan dan diselesaikan oleh teknologi komputer.


Seperti halnya ‘Hyundai’ menghadang ‘Honda-nya Jepang’ dan ‘Ford-nya USA’, karakter yang didesain oleh seniman-seniman animasi 2D dan game 3D Korea juga benar-benar khas, efektif dan siap ‘membendung’ laju karakter game Jepang dan USA. Alasannya nasionalistis, pasar produk game technology Korea harus berjaya di Korea, dicintai dan dibeli oleh rakyat Korea dengan penuh kebanggaan sebagaimana mereka membeli kendaraan dan gadget produk sendiri. Ternyata produk game Korea juga berterima dan sukses meraup keuntungan besar di dunia global melalui game online yang hebat selama ini, Game online di masa depan tidak lagi identik dengan PC, operator seluler yang saat ini berkompetisi ketat di jalur telekomunikasi akan melirik peluang bisnis mobile game online. Gadget murah-meriah dengan SIM card dan ‘voucher isi ulang’ khusus game-nya akan menjadi trend bisnis yang menggiurkan. Artinya game-game single player yang selama ini menjadi fitur mobile-phone nantinya akan kalah menantang dan atraktif dibanding mobile game online. Size doesn’t matter, jika kurang puas dengan layar gadget yang hanya seluas ‘lapangan’ 160x120-nya SmartPhone atau 320x240-nya PDA, maka dapat pula kita menikmatinya di ‘lapangan datar’ 1024x768-nya flat monitor.


Bisnis game (industri kreatif) di negara manapun selalu dikuatkan dan disuburkan oleh relasi harmonis antara industri game, penyiaran TV dan penerbitan komik/majalah serta merchandise.


Kita berharap teman-teman di ITB, ITS, Poli seni Yoyakarta, dan Poli Vedca makin bergairah untuk mengembangkan game di Indonesia, mulailah dengan mendorong mahasiswanya yang setiap 3 bulan bisa menghasilkan produknya untuk di-upload ke Media Jardiknas sehingga dapat saling mengkritik dan menyempurnakan. Demikian laporan hari pertama kami, semoga menjadikan inspirasi bagi kita semua.. mari kita kembangkan teknologi game pendidikan di bumi Nusantara ini dengan berbagai karakter yang khas Nusantara.


Gamsa hamnida... terima Kasih



Korea - Gwangju, 16 September 2007