Selasa, Oktober 07, 2008

Film Laskar Pelangi: Mendidik dan mengajar dengan Hati..



tiket "Laskar Pelangi"
| Matos 21: 05.10.2008



Sesuai janjiku kepada istri dan ketiga anakku semalam, hari Minggu siang tanggal 5 Oktober 2008 - selepas sholat dzuhur - kami bergegas ke Malang Town Square (MATOS) untuk membeli 5 tiket pertunjukan film "Laskar Pelangi" jam 14.20 di Matos 21, namun apa daya.. karena besarnya peminat... maka tiket untuk pertunjukkan jam 12.00, 14.20 dan 16.40 fully booked dan alias sold out, akhirnya kami pasrah menerima menonton film "Laskar Pelangi" pada jam 19.00 petang.. itu artinya kami berlima harus kembali ke rumah karena tidak mungkin berlama-lama di mall.

Selepas sholat maghrib dan berbuka puasa Syawwal bersama istri dan ketiga anakku, maka tepat pukul 18.00 dengan berkendara 2 sepeda motor (Honda Kharisma-ku dan Honda Vario istriku) kami berlima meluncur kembali menuju MATOS..

Alhamdulillah... meski sepanjang jalan dari Kebonagung sampai MATOS agak padat merayap, namun kami dapat tiba di MATOS pada jam 18.32


Persis jam 19.00 Studio 1 Matos 21 dibuka, kami berlima segera mengambil posisi duduk di kursi sesuai nomor masing-masing tiket, dari kiri ke kanan: Sayyidina, Istriku, Sayyidatina, aku, dan Salsabila..

Kusempatkan mengirim SMS kepada Bu Muslimah dan Bu Nudya Andrina di Kecamatan Gantung Kabupaten Belitung Timur yang mungkin belum sempat menyaksikan film "Laskar Pelangi" yang pernah dibentuknya 33 tahun yang lalu..


Kami berlima telah menamatkan novel Laskar Pelangi dan kini dengan penuh antusias menanti adegan demi adegan "Bu Muslimah" dengan "10 murid SD Muhammadiyah 1 Gantung" dalam visualisasi fenomena "Laskar Pelangi"..

::

Secara umum, meski belum dapat memvisualkan "Laskar Pelangi" secara utuh dan menghidupkan karakter tokoh-tokohnya selengkap novelnya, namun secara pribadi kunilai film ini telah berhasil menyampaikan sejumlah pesan moral dan etika pendidikan berhiaskan butiran mutiara akhlaqul karimah..

Sebagai seorang mantan murid SD Muhammadiyah 1 Denpasar..
film ini menyegarkan ingatanku kembali tentang proses pembentukan akhlaqul-karimah melalui proses penempaan nilai-nilai keislaman, keimanan, keikhsanan, keikhlasan, dan kesabaran serta ke-Muhammadiyah-an selama 6,5 tahun [1975-1982], nilai-nilai itu tetap aktual meskipun zaman terus silih berganti..

Sebagai seorang guru.. film ini mengingatkanku untuk selalu jujur dalam memenuhi panggilan jiwa sebagai guru, uswatun hasanah dan sekaligus pejuang yg harus ikhlas me-waqaf-kan dirinya di medan pencerdasan bangsa, kapan saja dan dimana saja..

Sebagai orang biasa yang berkesempatan bertemu dan berbicara langsung dengan umak-nya Ikal dan Bu Muslimah di Belitong pada tanggal 8 Agustus 2008 lalu.. film ini dengan santun telah mengajarkan kepada kita tentang arti kemuliaan hidup dalam kebersahajaan, keindahan kasih sayang, kekuatan cinta yang hakiki..

::


Meskipun film ini menempatkan Ikal sebagai tokoh utama, namun sulit bagiku melupakan karakter Lintang yang cerdas-bersahaja dan Bunda Guru Muslimah yang ikhlas-sabar-gigih-tegar.. Setidaknya ada 4 moment yang membuatku terharu:
Pertama, saat Lintang menjawab dengan tepat dan meyakinkan soal matematika yang ditanyakan oleh Bunda Guru Muslimah di kelas hanya dengan sejenak memejam mata..
Kedua, saat Lintang dengan lugas menjelaskan kebenaran jawabannya atas soal terakhir matematika yang ditanyakan pada saat cerdas cermat melawan SD PN Timah.
Ketiga
, saat Lintang harus berpamitan dengan Bunda Guru Muslimah dan 9 kawan-kawan Laskar Pelangi-nya untuk berhenti sekolah karena terpaksa harus melaut sebagai nelayan untuk menghidupi adik-adiknya sepeninggal ayahanda Lintang

Keempat, saat Bu Muslimah kembali mengajar setelah berkabung beberapa hari setelah wafatnya Pak Arfan yang kita cintai, anak-anak Laskar Pelangi berhambur memeluk Bunda Guru-nya seraya menumpahkan kerinduan dan kesepian dalam duka

::

tepat pukul 20.58 film "Laskar Pelangi" berakhir, tak terasa hampir 2 jam kami terhanyut pada visualisasi penuh inspirasi dan cinta..

::

sehari kemudian kuterima SMS balasan dari Bu Muslimah, tepatnya hari Senin 6 Oktober 2008 jam 07.24 malam, terbaca: "Wa'alaikumsalam, mudah-mudahan film-nya seru ya? terima kasih".

Terima kasih Bunda Guru Muslimah

Terima kasih Andrea "Ikal" Hirata

::

Laskar Pelangi
adalah kita
yang
tak pernah mati
untuk menjalin mimpi
menjayakan negeri



1 komentar:

Anonim mengatakan...

film adaptasi novel terburuk sepanjang masa. gagal total.
1. film LP seharusnya mampu menggambarkan pentingnya pendidikan secara non verbal, yang parahnya justru dikatakan oleh para guru di sekolah muhammadiyah, hal yang justru terasa dihindari pada bukunya.
2. pembangunan karakter yang amat lemah, coba lihat karakter Ikal yang sering diperlihatkan celingukan gak jelas, guru2 yang terlalu sering kelihatan ngomel2 tentang keadaan. terlihat sekali ada kebingungan pada kepentingan mana yang ingin ditonjolkan : apakah anak2 laskar pelangi, atau tujuan pesan2 moral.
3. pengambilan gambar yang buruk, coba lihat pesta background blur dimana2, komposisi yang kurang pas, goyangnya pengambilan gambar, penggunaan sudut pandang yang kurang lebar pada scene landscape, dll.
4. keinginan untuk “melucu” yang tidak pada tempatnya. penggunaan efek2 dangdut yang menyedihkan, misalnya saat Ikal melihat kuku A Ling saat mengambil kapur…
5. jelas2 skenario yang dibuat hanya mengambil dari fragmen bab yang ada pada novel, tidak ada benang merah yang kuat untuk mengantar penonton menikmati cerita dari awal hingga akhir. hanya potongan2 terputus2 cerita seperti novelnya.